Loading, please wait...
 


  • » Editorial Note
    • Mari, kita sebagai manusia menalaah dan menerima apa-pun tentang diri kita, dan terus berbenah, maju melangkah, tidak akan ada orang laina yang berkewajiban datang membantu kita
 🡩

Teori Evolusi dan Evolusi Pemikiran Manusia OAP Sampai di Tingkatan Mana?

Catatan Lepas

Manusia yang mulanya hanya berbahasa secara terbatas, malahan bukan berbahasa tetapi sekadar mengeluarkan bunyi pertanda bahaya, gembira, mencari, dan sebagainya. Mulanya ia belum berpikir dengan nalar apalagi rasio. Lalu lama-kelamaan, manusia mengalami evolusi biologis, dan kemudian menghasilkan pemikiran-pemikirannya seperti seorang anak kecil berusaha memahami tanda-tanda dan lambang yang disampaikan atau memberikan reaksi terhadap lingkungannya dengan tersenyum, tertawa, kaget, atau menangis. Ia mulai memahami pesanpesan alam semesta dan pesan-pesan sesama manusia tetapi tidak dapat mengatakan dan menjelaskan pesan-pesan dimaksud dalam bahasa manusia seperti masa kini. Ia menjelaskannya, tetapi hanya sebatas tanda-tanda atau kode-kode, sebatas bunyi dan suara, bukan kata-kata atau kalimat.

Pada akhirnya, manusia tiba kepada pembentukan bahasa dan penalaran, sama seperti perkembangan bahasa seorang bayi menjadi anak kecil, remaja, pemuda, dan akhirnya dewasa.12 Saat manusia mulai berbahasa, ia mengembangkan mengkomunikasikan pemikiran dan perasaan dan sejalan dengan evolusi pemikiran itu bahasa manusia mengalami evolusi pula, sejalan dengan perkembangan pemikiran manusia.

Setelah terjadi evolusi biologi mencapai tingkat kematangan, maka manusia mulai mengajarkan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini diatur oleh makhluk lain, yang mahakuasa. Pandangan seperti ini muncul dari penglihatan nenek moyang tentang masa es (“Ice Age”). Berbagai kegiatan gempa tektonik dan letusan Bumi secara besar-besaran dilihat sebagai sesuatu yang terjadi karena dan oleh oknum di luar pemahaman dan kekuasaan manusia. Mereka sebut ia pencipta di balik sana yang mahadahsyat, atau makhluk ilahi yang mahakuasa. Jadi, sebelum fenomena di luar logika manusia waktu itu, mereka tidak tahu kalau ada pihak lain di luar dari makhluk manusia dan sesama makhluk lainnya yang ada di Bumi. Mereka menyadari betapa guncangnya Bumi ini dan betapa dahsyatnya guncangan dan perubahan itu sehingga mereka berkesimpulan pasti ada pihak lain di luar, di atas, yang lebih dahsyat dan lebih berkuasa daripada manusia. (Catatan Lepas ini saya dapatkan dari seorang sahahat, saya tidak tahu ini bagian dari sebuah paper, artikel atau buku)

Ini tiga paragraph dari buku yang saya temukan hari ini, kebetulan saya berkesempatan dikirimkan email untuk memberikan komentar saya. Saya sudah meminta dan mendapatkan izin untuk mem-post tiga paragraph ini di blog ini.

Kata-Kata Powes Parkop di Port Moresby: Pemikiran OAP Masih Sangat Dasar

Teman saya sempat membaca catatan lepas dari mana sumbernya saya lupa, tetapi masih ingat intisari pembicaraan antara seorang West Papua dengan  Powes Parkop, Gubernur National Capital District (NCD) atau DKI Port Moresby di Papua New Guinea. Pembicaraan tentang pembangunan manusia Papua disinggung dalam diskusi dan Powes secara lantang menyatakan seperti ini, (kalimat diucapkan menurut yang dipahami)

Pemikiran OAP belum tiba ke tingkat yang kompleks, belum tiba ke abtraksi-abtraksi yang kompleks. OAP masih berpikiran sangat sederhana, sangat dasar. OAP tidak berpikir tentang tahun depan, jangankan 5 tahun depan. Maish sangat berorientasi ke kegiatan fisik, jadi mari kita rencanakan kegiatan-kegiatan yang berbasis kepada kegiatan fisik.

Parkopi kemudian melanjutkan bahwa konsep pembangunan yang berbasis sosial-kemasyarakatan telah gagal total di Papua New Guinea, dan oleh karena itu harus dipikirkan pembangunan yang berbasiskan individualisme.

Renungan Saya

Saya baca catatan lepas di atas berulang-ulang, dan berulang-ulang lagi, sampai sebentar pun saya akan baca ulang. Sambil membaca saya juga membandingkan dengan cara saya berpikir, cara saya memahami, dan cara saya mencerta apa yang saya baca, kemudian saya mencoba menonton tindak-lanjut dalam pemikiran saya dari bacaan dimaksud.

Saya juga berusaha melawan alasan dan rasionalisasi yang dilakukan oleh Powes Parkop terhadap diri saya sendiri. Memang apa yang dikatakan Parkop ini secara otomatis mendapat reaksi cepat untuk melawan dan membantah, tanpa saya berpikir, dia muncul sendiri, mulai dari irama saya membaca, raut muka saya juga berubah. Saya membaca ulang, tetapi reaksi tetap sama, ada perlawanan yang terjadi.

Itu pertanda bahwa saya tidak setuju dengan apa yang dikatakan Parkop. Pertanyaannya, “Apakah yang sedang terjadi?” Apakah yang dikatakan Parkopi itu realitas kondisi saya?

Kesimpulan Saya sebagai pertanyaan

Dari dua catatan di atas saya mau mengusulkan dua kesimpulan sementara kepada semua OAP di manapun Anda berada

  1. Apakah evolusi OAP belum sempurna, belum bisa berpikir yang konseptual, masih reaksional, emosional, dan seasonal? Itukah sebabnya OAP selalu berfikir, berkata dan bersikap “emosional”, karena hilang akal maka emosi yang mendominasi?
  2. Apa yang OAP harus lakukan untuk menunjukkan diri sebagai  manusia yang sudah ber-evolusi penuh, sama dengan manusia lain di mana-mana di dunia?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Copyright © 218-2024 - Twenty Fourteen - 2014 AutoGrids 06.