Loading, please wait...
 

Archives by date

You are browsing the site archives by date.

 results 1 - 1 of about 1 for January, 2010 . (0.352 seconds) 

 🡩

Filsafat (03) Hanya Manusia yang Mempunyai Waktu

Muhammad Wislan Arif

Flora dan Fauna ada yang mengetahui adanya peralihan waktu — mungkin dengan sensor mata atau sensor di daunnya, mereka merasakan ada peralihan waktu – ayam berkokok ada bias cahaya merubah lebar pupil matanya , puteri malu mengatupkan daunnya karena tidak ada lagi cahaya matahari di permukaan daunnya. Mereka bersama alunan alamiah.

Ada binatang dengan nalurinya, malam berarti saat mencari makanan — ada hewan terangsang di kegelapan malam meningkat hormon menggugah naluri seksnya, ia mendekap pasangannya. Hubungan seks nokturnal !

Codot terbang sejak senja ia mempunyai kemampuan mencari buah yang ranum walau di tengah kota yang hiruk pikuk — dan pohon yang disukainya jarang terdapat, ia mampu menemukannya. Kampret dengan melontarkan suaranya dan organ sensor di telinga menerima kembali getaran suara itu, ia menemukan serangga mangsanya. Adakah keajaiban flora atau tanaman yang luar biasa ? Ada ! (kapan-kapan ya)

Si Hasan dan Hasanah menyadari dan mempunyai “Waktu” — si Netty mengerti bahwa ia akan keluar kelas, karena menyadari jam pelajaran akan segera berakhir. Si Robert telah memperhitungkan faktor waktu untuk mengejar target penjual bulan ini – Menteri Sosial harus mengerti kapan Anggaran itu tersedia sesuai antisipasi bencana banjir. Menteri Pertahanan harus mengerti kapan Rudal TNI akan kadaluarsa tanggal/bulan/tahunnya. Camat harus mengerti kapan petani di daerahnya akan mulai musim tanam dan waktu koordinasi dengan Dinas Pertanian, masalah pupuk, masalah transportasi, masalah sarana dan prasarana. Wah masalah manusia neko-neko dengan waktu.

Makanya dalam ilmu modern waktu juga dikategorikan “Sumber Daya” . Lho, waktu bisa menjadi faktor penting untuk suksesnya program. Waktu menentukan kapan segalanya ditentukan oleh manusia modern. Tadi penjadwalan waktu, prioritas waktu , catu waktu , batas waktu, adalah untuk mengelola waktu — karena waktu adalah sumber daya !

Itu waktu untuk tujuan efisiensi dan efektifitas yang positif
Yang negatif, dari sisi filosofi — dimainkan juga oleh manusia, umpamanya — kapan Gayus diperiksa, kapan Gayus harus pergi bersembunyi untuk menyelamatkan sindikat — agar anggota sindikat punya waktu membuat alibi, menghilangkan bukti dan jejak, dan memberi kesempatan Atasan dan institusi membuat tabir asap. Hanya manusia ‘kan yang mempunyai “Kepentingan” (baca filsafat -02)

Jadi hanya manusia yang mempunyai “Budaya jadwal” — manusia mempunyai konsep jadwal. Jadwal bisa dimasukkan dalam Network Planning , bisa dimasukkan dalam Mapping untuk tujuan macam-macam kemaslahatan “kepentingan manusia”. Maka untuk tujuan diplomasi Presiden RI mengumumkan “Kematian Dulmatin” sengaja dilakukan didepan Sidang Parlemen Australia. Tentunya setelah dipastikan pihak kepolisian beberapa waktu sebelumnya. Karena apa ? Manusia Indonesia dan manusia Australia “berkepentingan” — orang Australia mati lebih kurang 200 orang kena bom Bali. Nih, telah kami tuntaskan sakit hatimu !

Beri kami bantuan yang kami perlukan. Manusia Indonesia berkepentingan untuk dibantu. Itu sumber waktu untuk tujuan diplomasi !

Wah, ajaib sekali sumber daya waktu ya ? Hanya manusia yang menyadari dan mempunyai waktu. Untuk apa saja — untuk tujuan ekonomi, pertahanan dan keamanan, teknis, perencanaan, menata jadwal politik, jadwal ketatanegaraan, suksesi kepemimpinan, suksesi warisan jabatan, wasiat untuk tahta dan harta bagi pewaris.
Dan seharusnya waktu juga direkayasa untuk tujuan “Strategi Kebudayaan”

Untuk apa ? Kebudayaan Indonesia (lama) ‘kan luhur dan bagus – bisa dijual dalam industri pariwisata. Iyaaaaa ya !

Itu mungkin hanya mampu untuk membesarkan Indonesia, mungkin. Di jaman modern pertumbuhan ekonomi dan budaya tidak cukup hanya sampai negeri itu besar. Tetapi “Budaya Masa Depan” harus mampu menjadikan Indonesia “Great” — Negeri yang Agung, agung dalam tatanan IPOLEKSOSBUD HANKAM.

Ha ?!

Jadi manusia Indonesia harus menyadari sumber daya waktunya — bukan hanya membanggakan sumber daya alam, sumber daya lain-lain yang materiil — juga sumber daya lain yang bersifat metafisis ya !
Katanya manusia berbudaya — Bangkit Indonesia-ku sadarilah dua sumber dayamu yang tersia-sia di 65 tahun merdeka ini : Sumber daya Manusia dan Sumber Daya Waktu.
Keberhasilan perekonomian Indonesia aman dari Krisis Finansial Amerika bukan karena Bail-out Bank Century, tetapi oleh karena tingkat konsumsi manusia Indonesia yang 240 juta orang, yang berbelanja di dalam negeri sepanjang waktu ini.

Bertepatan waktu dengan tetap kuatnya pertumbuhan ekonomi di Asia timur — yang dimotori Negeri Cina dengan jumlah manusia membangun dan mengkonsumsi di Cina — 1,7 Milyar manusia Cina !
Lihatlah dan palingkan muka-mu ke Cina, ke Jepang, ke Korea, ke Indo Cina, dan ke India — kemudian sadari “Waktu”-mu Indonesia-ku !

Kalau manusia Indonesia tidak ‘menyadari’ sumber daya waktunya — kita akan seperti suporter sepak bola, hanya marah dan kehilangan akal sehat. Karena mengurus sepak bola sama dengan cara mengurus negara.

Tabir asap melulu dan citra melulu (wacana Indonesia menyelenggarakan Kejuruan Dunia, wah diketawai Tokek Afrika lho) Ketinggalan waktu dan nol prestasi melulu.

Awas setelah budaya korupsi — akan ada perkembangan baru “budaya amuk massa”, yang disebabkan masyarakat tidak sabar — waktu terbuang ! Janji melulu.

Rakyat akan meniru suporter sepak bola Indonesia ( secara psikologis, tanpa disadari) — mereka akan mengamuk di kantor polisi, di ruang pengadilan, di hutan-hutan, di kawah gunung, di kantor pajak, di pasar-pasar, di kampus-kampus, di sekolah-sekolah, di pantai-pantai, dan di-mana-mana.

Jadi Bagaimana ?

Bagaimana ? Ingat hanya Manusia yang mempunyai Waktu — sadarilah ! Bagaimana menyadarinya ?

Waktu jangan dijadikan komoditi Diplomasi saja – tetapi jadikan Sumber Daya mengelola Strategi Kebudayaan !

Jangan kecewakan Suporter-mu di luar sana. Mereka menunggu dengan Sang Waktu !

(Dhalang Tukidjan berebes mili — mendengarkan Puisi “Bedebah” dibacakan Massardi. Nafas dalam-dalam, tetapi menyesak-kan, membayangkan pelarian si Gayus)

Copyright © 218-2024 - Twenty Fourteen - 2014 AutoGrids 06.