Category Archives: Identitas

Sadar dan Ingatlah… Oleh Koteka Dimiya Dube

=Restoran Pertamaku =Asi Ibuku
=Toilet Pertamaku. =Pangkuan Ibuku
=Sekolah Pertamaku =Dapur Ibuku
=Guru Pertamaku =Ibuku
=Dokter Pertamaku =Ibuku
=Teman Pertamaku. =Ibuku
=Kendaraan pertamaku=Punggung Ibuku
=Musik Pertamaku =Detak Jantung Ibuku
*Ibu Malaikatku*
Ibu
Disini kutulis cerita tentangmu
Nafas yg tak pernah terjebak dusta
Tekad yg tak koyak oleh masa
Seberapapun sakitnya tau tetap penuh cinta
Ibu….
Tanpa lelah kau layani kami
Dengan segenap rasa bangga dihati
Tak terbesit sejenak fikirkam lelahmu
Kau terus berjalan di antara duri duri
Ibu….
Tak pernah kuharap kau cepat tua dan renta
Tak pernah ku ingin kau lelah dalam usia
Selalu kuharapkan kau terus bersamaku
Dengan cinta berikan petuahmu
Ibu…
Kaulah malaikatku
Penyembuh luka dalam kepedihan
Penghapus dahaga akan ksih sayang
Sampai kapanpun itu
Aku akan tetap mencintaimu
Dan tmpt pertahan Hidup, berkembang dan tempat tinggal selama 9 bulan di dlm perutmu ibu…
Hutan Budi yg paling terbesar di dunia ini..yg di miliki oleh setiap manusia, adalah hutan nyawa & hutan Budi terhadap ibunya Krn rasa sakit yg dirasakan sang ibu..
Tiada tempat selain di surga untukmu ibu… Amin …😥❤️
Source: FB
 ‡ ibu, mama, puisi Length: [945] words.

Hello world! Ini Yikwanak dari Rimba New Guinea

Dari Rimba New Guinea, Yikwanak Kole mau sampaikan “Salam Hormat!”, “Salam Jumpa kembali!” dan “Salam juang!”

Banyak hal telah terjadi dalam kehidupan ini, yang membawa saya kepada posisi hari ini, sebagai seorang manusia, yang pernah dilahirkan ke muka Bumi ini, oleh seorang ibu bermarga Yikwa. Bagi kita semua yang dilahirkan dari kandungan seorang perempuan Yikwa, tentunya kita memiliki satu aliran darah, darah seorang perempuan Yikwa, yang selalu mengalir dalam kehidupan kita masing-masing.

Memang benar, kita juga membawa darah dari ayah kita masing-masing, tentu saja dengan demikian kita memiliki banyak marga, seperti Kogoya, Karoba, Tabuni, Wanimbo, Walela, dan sebagainya, kita tetap satu dalam kandung, yaitu dari kandungan seorang perempuan Yikwa.

Dengan dasar pemikiran berdasarkan realitas hukum alam yang mutlak ini, saya sebagai salah satu anak dari perempuan Yikwa yang telah memilih untuk bertindak membela hak asasi bangsa Papua dengan resiko yang tinggi, saya mengundang Anda sekalian, semua anak-anak perempuan Yikwa, untuk bersatu dalam pikiran, perasaan, dan perjuangan, sama dengan satu dalam kandungan dan aliran darah tadi.

Mari kita bekerjasama dalam membela hak asasi bangsa kita, tanah leluhur kita, keturunan kita, keluarga kita, anak-cucu kita.

Saya, Yikwana Kole, sebagai salah satu anak dari perempuan Yikwa, telah menjalani kehidupan ini, telah mengalami manis dan pahit, telah melewati berbagai rintangan yang mudah dilalui maupun yang sangat menantang untuk dilalui. 

Saya, Yikwanak Kole, salah seorang anak dari perempuan Yikwa, mengundang kita semua, semua orang-orang Yikwanak di mana-pun Anda berada, untuk sadar dan sadar, bahwa kehidupan ini hanyalah sementara, kehidupan ini tidak akan lama, sama seperti bungan yang hanya segar di pagi hari, setelah itu akan layu, dan keesokannya harinya telah lenyap. 

Saya, Yikwanak Kole, salah seorang anak perempuan Yikwa, mengundang kita semua anak-anak perempuan Yikwa, untuk berpikir dan bertindak sama seperti ibunda kita, yaitu perempuan Yikwa, yang selalu berani, selalu lantang, dan selalu bertindak, tidak memikirkan resiko dari perbuatannya. Ia selalu bertindak, dan bertindak, dan bertindak! Kita dilahirkan sebagai orang-orang besar, orang-orang Yikwanak, karena ibu kita yang begitus keras dan tegas, dan berani.

Anak-anak mereka seharusnya berani, tegas dan bertindak sesuai hatinurani, membela kebenaran dengan resiko apapun.

Untuk berkomunikasi selanjutnya, silakan email: kole@yikwanak.com

 

Desember 31 2000: PBB Tutup Pintu Untuk Penentuan Nasib Sendiri

Saya masih ingat waktu itu bulan Juni tahun 2000, baru saja setelah selesai menghadiri Kongres Rakyat Papua II, 2000 di GOR Jayapura yang diumumkan tanggal 4 Juni 2000.

Waktu itu ada tiga peristiwa yang harus saya laporkan kepada dunia agar mengetahuinya.

  1. Pertama
    DULU Tahun 2020: masayarakat Koteka telah menggagalkan Pembentukan Pemerintahan Sementara yang digagas oleh Drs. Don Flassy, MA. Pada waktu itu kesempatan diberikan oleh Sekretaris PDP, Mohammad Al-Hamid bagi Tuan Don Flassy untuk menjelaskan tentang Pemerintahan Sementara West Papua. Akan tetapi unsur dari Masyarakat Koteka, dipimpin oleh Ketua Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) menghentikan dengan mengancam akan membunuh beliau. (Bisa dicek kepada beliau, karena beliau masih hidup hari ini)

    SEKARANG TAHUN 2020: orang-orang yang menggagalkan Pemerintahan Sementara West Papua tahun 2000 itulah yang sekarang menolak dan menentang pembentukan UUDS dan pengumuman pemerintahan Sementara West Papua tahun 2020.

    Jadi saya pertanyakan, “Anda sebenarnya melayani kepentingan siapa?”
  2. Kedua
    DULU TAHUN 2000: bahwa laporan dari hasil Kongres ini harus disampaikan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam waktu dekat, karena pada tanggal 31 Desember 2000 nanti, pintu untuk siapa saja datang minta merdeka akan dihapus dari PBB. Akhirnya semua kekuatan didorong untuk memastikan agar kita tembus ke PBB sebelum tahun 2000 berakhir. Itu sebabnya pasukan Koteka berencana membuka perang terbuka di Patung Jos Sudarso Port Numbay. Warwawan BBC dan ABC telah hadir di Hotel Yasmin dan menghuni perang terbuka di depan mata dari hotel itu.

    TERNYATA: Saya memberitahukan kepada tua-tua adat Koteka bahwa isu tanggal 1 Desember 2000 harus perang itu isu dari NKRI dan terbukti benar, NKRI mau memancing di air keruh demi memilah dan memilih dengan capat siapa-siapa yang harus ditangkap.

    Ternyata tahun 2020, tepatnya tanggal 18 Desember lalu, PBB telah mensahkan satu resolusi untuk penentuan nasib sendiri bagi
    (a) Suatu Wilayah Non Pemerintahan Sendiri telah menjadi sebuah Negara merdeka berdaulat; (yaitu West Papua)
    (b) Menjadi sebuah Wilayah Otonom dari sebuah Negara merdeka; (yaitu Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat); atau
    (c) Berintegrasi ke dalam sebuah Negara merdeka”, (yaitu West Papua)

    Jadi, tiga kriteria ini semuanya dipenuhi oleh wilayah West Papua.
  3. Ketiga
    DULU TAUHN 2000: bahwa Presidium Dewan Papua (PDP) adalah satu-satunya alat politik Papua Merdka, dan Organisasi Papua Merdeka (OPM) harus dihapuskan dari Tanah Papua.

    TERNYATA TAHUN 2020: bahwa PDP adalah organisasi buatan NKRI, didirikan untuk meledakkan dan kemudian menghabiskan energi tuntutan Papua Merdeka sehingga aspirasi Papua Merdeka hanya mati di meja Presiden Indonesia di Jakarta.

    TERNYATA TAHUN 2020, Presiden West Papua hari ini ialah Sekretaris-Jenderal Dewan Musyawarah Masyarakat Adat Koteka (DeMMAK), yang didirikan pada April 2000, sebulan sebelum pembentukan PDP, dan yang ditolak mentah-mentah oleh PDP untuk ikut dalam Kongres Rakyat Papua (KRP) II, 2000.

    Terbukti dan ternyata bahwa PDP adalah bagian dari Skenario NKRI. DeMMAK adalah murni skenario orang Papua. Walaupun telah melakukan kesalahan pada point 1 di atas, ia menebus kesalahannya dengan meneruskan perjuangan ini sampai mencapai hasil-hasil yang begitu membanggakan.

Jadi, kalau ada orang Koteka, orang Papua yang menyangkal UUDS NRWP, maka mereka adalah kaki-tangan NKRI.

Yang tidak bisa dirubah hanyalah matahari terbit di barat dan terbenam di Timur. Pintu bagi bangsa manapun di dunia untuk merdeka dan berdaulat sebagai sebuah bangsa dan negara akan selalu terbuka selama sejarah umat manusia berlanjut di muka Bumi.

Yikwanak Kole,
Pelaku Sejarah KRP II 2000
Pencetus Gagasan DeMMAK 1999 – 2000
Penulis Buku-Buku “Surat-Surat Terbuka Anak Koteka”

 ‡ 2000, 2020, Kongres Rakyat Papua, Resolusi PBB, right to self-determination, UNGA Length: [667] words.

Bahasa Mengandung “Amonggar”, Jadi Berbahasa Artinya Menyuarakan “Monggar” Itu

Saya harus menggunakan “Monggar” dan “Amonggar” karena saya tidak punya kata-kata dalam bahasa Melayu versi Indonesia nntuk mengungkapkan apa yang saya maksud. Saya mau katakan “roh”, tetapi tidak, karena yang saya maksud bukan roh. Saya mau katakan “nyawa”, tetapi juga bukan. Seharusnya saya katakan “jiwa”, tetapi apa bedanya dengan “nyawa”? Akhirnya saya gunakan ‘monggar’ dan ‘amonggar’ karena saya bisa rasakan secara alam kesadaran apa artinya kata-kata ini.

Pada saat saya berhabasa Melayu versi Indonesia, saya akan lebih condong berbicara ke arah logat-logal daerah tertentu. Saat saya mencoba Melayu-Malaysia, saya akan condong ke logat lain lagi. Pada saat saya berbahasa Melayu-Indonesia dengan orang Jawa, saya akan mengeluarkan “monggar” tidak sama dengan pada saat saya bicara dengan sesama orang Papua, dan berbeda juga dengan saat saya bicara dengan sesama suku/ bahasa ibu.

Lebih jauh lagi, pada saat saya berpikir dalam bahasa Melayu-Indonesia, tanpa sadar atau tidak, tanpa diakui atau tidak, terima atau tidak, saya sebenarnya berpikir menurut logika pemilik dan pengguna bahasa itu. Saya pikir saya sedang melakukan sesuatu untuk suatu hal, tetapi sebenarnya saya sedang bermain-main di dalam “monggar” Melayu-Indonesia. Sama halnya pula, saat saya berbicara dalam bahasa Inggris, pola pikir, alur cerita, cara saya memulai kalimat dan cara saya memilih kata juga berubah total. Apa lagi saat saya berbicara atau menulis dalam bahasa ibu saya, jelas-jelas saya akan menuturkan kalimat dan memilih kata-kata yang tidak sama dengan yang saya lakukan dalam bahasa Inggris atau Indo-Melayu.

Saya juga pernah bertemu dan bercakap dengan orang Malaysia. Saya paham apa yang dia maksud. Saya juga pernah bekomunikasi dengan beberapa orang imigrasi di Malaysia, saat saya dicegat seperti saya sudah kisahkan.

Yang saya mau katakan di sini, untuk “decolonize” pemikiran atau untuk merevolusi mentalitas kita, sebenarnya yang pertama-tama bahasa kita harus merubah bahasa kita dari bahasa kedua dan ketiga ke bahasa pertama. Alasannya mudah, karena di dalam bahasa ibu itulah “ninamonggar” terletak dan terlahir, dan kita akan kembali kepada “monggar’ itu setelah kita mati. Oleh karena itu expresikan-lah diri kita dengan “monggar” itu, supaya kita kelihatan asli, jujur, transparan, apa-adanya, yaitu fiolsofi hidup orang Koteka, di pulau New Guinea.

Saya tahu dan sengaja, saya tulis ini untuk dibaca oleh orang Koteka saja, sehingga saya menghindari mengartikan kata-kata bahasa Ibu saya. Wa, wa wa!

Sumber: http://yikwanak.com/blog/2018/bahasa-mengandung-amonggar-jadi-berbahasa-artinya-menyuarakan-monggar-itu.html/

 ‡ amonggar, Bahasa Ibu, Indo-Melayu Length: [404] words., and modified on: December 11th, 2021.

Situs Anaknya Perempuan Yikwa