Kita sebagai Orang Asli Papua (OAP) selalu hidup dalam kondisi serba sulit ditebak, sulit menyatakan sikap, sulit menentukan nasib, bahkan nasib untuk hidup mati-pun kami tidak punya posisi dan sikap yang jelas. Yang bingung adalah dunia, karena mereka tidak sanggup melihat jawaban atas pertanyaan, “OAP sebenarnya maunya apa?”
- Apakah dunia yang tidak pintar sehingga sulit baca OAP, ataukah OAP yang bikin kabur air?
- Apakah dunia yang masih jauh dari tingkat perilaku OAP sehingga mereka tidak sanggup membaca sikap kemauan OAP?
Contoh yang paling jelas saja, ada banyak OAP berteriak minta merdeka, keluar dari NKRI, tetapi banyak juga OAP yang mencalonkan diri menjadi anggota DPRD, DPRP/DPRPB dan anggota DPRRI. Jadi, dunia sebenarnya bukannya bingung, tetapi “mencurigai”, bahwa OAP sebenarnya tipu, menipu diri sendiri.
Akhirnya keputusannya, “Ah, biarkan mereka saja, entah apa hasil dari kerja mereka, kasiht inggal mereka saja!”
Contoh kedua, sejak tanggal 1 Desember 2018, sudah terjadi pembunuhan orang pendatang, atau sering kita sebut dengan “Kaum Amberi” di Kabupaten Nduga, dilakukan oleh para pejuang atau gerilyawan Papua Merdeka yang NKRI sebut sebagai kelompok kriminal bersenjata, sama dengan Jenderal Sudirman, Diponegoro, dan sebagainya bergerilya sebagai KKB melawan Belanda tempo doloe.
Sementara terjadi begitu, nah, di sini letak kebodohan atau kepintara OAP,
- MASIH ADA OAP bawa diri ke rumah-rumah sakit ynng mana kita semua tahu rumah-rumah sakit di Tanah Papua sudah dipenuhi oleh para pembunuh bayaran, yang telah disebar-luas sejak 15 tahun lalu. Lebih menyedihkan lagi, orang-orang bayaran itu sudah pernah keliling gereja-gereja di Tanah Papua dan bersaksi tentang perbuatan mereka. Jumlah OAP yang mereka bunuh bukan satu-dua, tetapi puluhan, ratusan, ribuan.
- MASIH ADA OAP yang makan-makan terus di warung-warung kaum Amberi. OAP menjadi pemalas masak di rumah, bikin diri seolah-olah kaya, padahal pulang tidur di gubug tetapi makannya di warung-warung yang sudah dipasang racun.
- MASIH OAP yang tidur di hotel-hotel di mana pemiliknya, pengelolannya, dan pelayannya adalah kaum Amberi.
Jadi, di mana letak kepintaran OAP, kalau OAP mau dibilang pintar?
Kalau mau dibilang OAP kebalikan dari pintar, malahan kita yang dimaki-makinya dengan nama-nama hewan!
Jadi mungkin ini nasib sial bangsa ini. Pantas saja tahun 2030 OAP ras Melanesia akan punah dari Tanah Papua.
Satu saja peringatan: Jangan salahkan NKRI, jangan salahkan kaum Amberi, kau sendiri terbalik dari pintar, makanya nasibmu sial.
Bukan Tuhan yang salah, bukan Belanda yang salah, bukan misionaris yang salah, bukan kapitalisme yang salah, bukan sosialisme yang salah, yang salah diri sendiri.
Bertobatlah Hari Orang Asli Papua!
- Belajar makan makanan asli Papua
- Belajar tanam dan makan makanan sendiri
- Belajar masak dan makan makanan di rumah sendiri
- Belajar tidur di rumah sendiri baru pergi rapat dan pulang makan di rumah
Belajar dan belajar! Kalau tidak Anda akan punah dari muka Bumi, dari Bumi Cenderawasih