“Apa itu Waktu ?” mungkin adalah pertanyaan paling sulit yang bisa anda ajukan kepada seorang fisikawan atau filusuf. Jawaban dari pertanyaan tersebut mungkin dapat dijawab dengan sederhana seperti : waktu adalah apa yang diukur oleh jam, atau waktu adalah sesuatu yang dapat membuat segala sesuatu memiliki urutan. Namun mari kita berfikir lebih dalam dari itu.
Mari kita mulai dari definisi waktu dalam dunia newtonian. Dalam dunia newtonian, waktu diperlakukan sebagai sesuatu yang eksternal dan absolut. Waktu newtonian dapat diandaikan sebagai container, dimana peristiwa terjadi dalam cara yang deterministik, secara linier dan independen dari pengamat.
Kemudian muncul Einstein. Teori relativitas khusus dan relativitas umum, keduanya mengarah pada kesimpulan bahwa waktu adalah relatif terhadap pengamat. Waktu bergantung pada tempat dan bagaimana pengamat bergerak relatif terhadap yang lain dan tidak ada sesuatu yang dinamakan waktu universal. Ruang dan waktu saling terikat dengan kecepatan cahaya c sedemikian rupa sehingga waktu “sekarang” bagi pengamat A tidak berarti waktu “sekarang” menurut pengamat B. Gravitasi dan kecepatan cahaya secara seimbang mampu mendistorsi ruang dan waktu.
Dilasi waktu dan kontraksi panjang bukan hanya konstruksi teoritis dalam sebuah gagasan yang elegan, efek ini telah diuji berkali-kali tanpa adanya kesalahan. Dalam skala makroskopik, teori einstein telah menjadi model yang sangat baik dari realita alam semesta.
Kita telah melihat konsep waktu absolut yang bertahan selama ratusan tahun runtuh, dan waktu kini dipahami menjadi sesuatu yang sangat bergantung pada pengamat. Namun tetap saja, waktu absolut yang diajukan newton adalah aproksimasi yang sangat baik ketika kita membatasi objek pengamatan pada kecepatan yang jauh lebih kecil dari kecepatan cahaya dan efek gravitasi yang ditimbulkan oleh masa disekitarntya sangat kecil.
Sekarang, bagaimana konsep waktu jika dilihat dari sudut pandang filosofis? Kita mepunyai sebuah teori yang disebut teori waktu A dan teori waktu B. Kedua teori ini diperkenalkan filusuf bernama John McTaggart pada awal abad 19 juga.
Teori waktu A mengatakan bahwa waktu yang real adalah waktu sekarang, masa lalu telah hilang, dan masa depan adalah sebuah distribusi kemungkinan potensial dari segala sesuatu yang dapat terjadi. Tidak ada sesuatu yang dinamakan masa depan pasti, (sesuatu yang banyak orang menggambarkannya seperti “garis” yang telah ditentukan yang menunggu untuk terjadi), karenanya masa depan tidaklah nyata.
Dilain sisi, teori waktu B mengatakan bahwa masa lalu, masa kini dan masa depan telah ada dan sangat real. Menurut teori waktu B, perbedaan antara masa lalu, sekarang, dan masa depan hanyalah ilusi kesadaran.
Konsekuensi yang digambarkan oleh banyak fisikawan ortodoks dapat disimpulkan : baik dalam fisika newtonian atau teori relativitas, determinisme adalah sebuah fakta. Bahwa masa lalu mendetermenasi masa depan. Lebih lajut lagi, semua yang terjadi didalam big bang telah didetermenasi, termasuk anda, saya dan perilaku kita, fikiran dan perasaan. Tidak ada ruang bagi free will yang namaknya hanya berupa ilusi bila kita melihat dari sudut pandang deterministik.
Dari pandapat yang ada, apakah kita sudah cukup bisa memahami hakikat waktu ? dapatkah waktu lebih komleks dari sekedar teori A dan teori B ? atau mungkin realita adalah gabungan dari kedua ide tersebut. atau bahkan mungkin model waktu linier bukanlah pendekatan yang tepat untuk menggambarkan realita ? kita dapat mengeksplorasi ide ini lebih lanjut dalam fisika quantum.
Sumber: http://www.dimensisains.com/