Loading, please wait...
 

 🡩

Tag Archives: Yikwanak Kole

Gambar Diri Bangsa Papua Dicabik-Cabik Dengan Cara Memberi Banyak Nama Samaran (2)

Papua = Tanah Papua / Bangsa Papua

Tentang “Papua”, “Bangsa Papua” dan  “Tanah Papua”, kita berbicara hal yang sama, yaitu wilayah pulau New Guinea dan manusia yang mendiami tanah dimaksud.

Arti pertama ialah kata “Papua” ialah “Tanah Papua”, berarti pulau New Guinea, yang saat ini terbagi ke dalam negara Papua New Guinea dan wilayah pendudukan Indonesia bernama “West Papua”. Itu panggilan yang telah disepakati oleh orang pulau New Guinea yang ada di bagian barat pulau ini.

Arti kedua ialah “Papua” ialah “bangsa Papua”, berarti manusia yang mendiami Tanah Papua atau pulau New Guinea, yaitu manusia yang mendiami pulau New Guinea dari Sorong / Raja Ampat dibagian barat sampai Samarai di bagian Timur.

  1. Kekacauan pertama atau kerusakan atau perusakan gambar diri yang pertama ialah apakah Tanah Papua,  yang kita maksudkan hanya untuk bagian barat pulau New Guinea atau wilayah Negara West Papua, ataukah ini termasuk wilayah Negara Papua New Guinea (bagian timur pulau New Guinea), yang secara faktual, rasional dan teori adalah SATU pulau dan SATU bangsa?
  2. Kekacauan kedua atau perusakan gambar kedua ialah kata “Papua” itu sendiri tanpa “tanah” atau “bangsa”, maka apa artinya ini?  Kalau manusia nya kita sebut orang Papua atau bangsa Papua, dan tanah-nya disebut Tanah Papua. Maka “Papua” sendiri artinya melekat ke manusia atau ke wilayah? Itulah sebabnya ada nama Provinsi Papua, ada juga nama Orang Asli Papua (OAP), jadi “Papua” itu seseorang atau sesuatu, manusia atau wilayah?

Pemberian Nama-Nama kepada Tanah atau bangsa Papua untuk Merusak Gambar Diri orang Papua

1. Nama “Bumi Cenderawasih”

Nama “Bumi Cenderawasih” artinya, tempat di mana ada burung Cenderawasih, pulau di mana ada burung emas yang dalam bahasa Melayu disebut “Cenderawasih”.

Pembedaan yang perlu dilakukan di sini, atau bersifat pertanyaan ini apakah Bumi Cenderawasih sebagai julukan NKRI  untuk Tanah Papua ini ditujukan kepada provinsi Papua atau Provinsi Irian Jaya ataukah itu dimaksudkan untuk pulau New Guinea (Sorong – Samarai).

Kenyataannya yang sering dimaksud adalah “bagian barat pulau New Guinea”, yang kini terdiri dari Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dan lainnya, yaitu wilayah bagian Barat pulau New Guinea yang kini dikuasai Indonesia.

Kalau begitu manusia-nya disebut manusia Bumi Cenderawasih, atau manusia Papua, atau orang Bumi Cenderawasih?

2. Nama “Irian Jaya”

Nama “Irian Jaya” murni nama politik, yang diberikan Presiden Indonesia Soekarno. Beliau mengatakan IRIAN artinya “Ikut republik Indonesia Anti Nederland”. Si gajo pembuat singkatan ini menambahkan kata “Jaya” di belakang kata Irian buatannya.

Walaupun dalam artikel sebelumnya disebutkan bahwa kata Irian diberikan dalam bahasa Byak, Serui dan salah satu suku di bagian Selatan West Papua yang memberikan arti kata “Irian”, yang jelas kata “Irian” telah dipolitisir menjadi nama politik wilayah pendudukan NKRI, yaitu di bagian barat pulau New Guinea, bukan nama identitas bangsa Papua seperti diartikan oleh pemberi nama IRian Frans Kaisiepo.

3. Nama “Papua”

Nama Papua juga kita soroti kembali dalam rangka menggambarkan pencobekan, pengacau-balauan, dalam rangka merusak gambar diri orang Papua dengan menggunakan kata ini.

Seperti dijelaskan di atas, kata “Papua” ini juga bukan kata asli dari salah satu bahasa yang ada di Tanah Papua, akan tetapi ia merupakan julukan yang diberikan oleh orang lain terhadap realitas identitas fisik orang yang mendiami pulau New Guinea.

Dalam hal ini, nama “Papua” diberikan bukan dalam rangka identifikasi diri, akan tetapi dalam rangka memberikan julukan, pembedaan, memberikan identitas yang berbeda dari yang memberi identitas dimaksud. Sama seperti orang Papua menyebut “Amberi” sebagai julukan dari dalam kepada orang luar, dan “Komin” sebagai sebutan indentifikasi secara ke dalam, maka kata “Papua” digunakan sebagai diferensiasi atau julukan keluar dari orang lain terhadap orang di pulau New Guinea.

Kacaunya lagi, saat ini nama “Papua” juga disebut sebagai “Tanah Papua”. Akibatnya menjadi tambah rusak gambar diri dimaksud. Papua itu nama bangsa atau nama tanah?

Tambah kacau lagi, semua orang Indonesia menyebut pulau Papua untuk merujuk kepada pulau New Guinea. Baca saja artikel. Mereka pasti katakan begini, “Pulau Papua terbagi dua, di sebelah timur ialah Negara Papua New Guinea dan disebelah Barat ialah wilayah Indonesia”.

4. Nama “Surga Kecil uang Jauth ke Bumi”

Nama “Surga kecil yang jatuh ke bumi” diberikan sama dengan nama “Bumi Cenderawasih”, yaitu Bumi Burung Emas.

Ada pandangan sangat umum, sejak purbakala, bahkan sebelum masehi-pun sudah dikenal orang luar dari pulau New Guinea, bahwa pulau ini pulau emas, taman eden, dan penuh dengan kekayaan di perut bumi.

Banyak lagu-lagu diciptakan orang Indonesia terkait West New Guinea

5. Nama “Tanah Injil”

Barangkali sebagai balasan atas julukan “Surga kecil jatuh ke bumi” tadi, orang Papua juga dengan bangganya mempromosikan katanya, Tanah Papua ialah “Tanah Injil”. Penjelasannya tidak begitu jelas, apakah yang dimaksudkan ialah

  • tanah yang dipersembahkan kepada Injil
  • tanah yang dipersiapkan untuk memberitakan Injil
  • tanah yang di dalamnya hanya Injil yang diberitakan
  • tanah milih Allah

entah apalah artinya, banyak hamba-hamba Tuhan OAP (Orang Asli Papua) menggunakan nama ini.

Nama ini kemudian dapat mengakibatkan tiga hal:

  1. Yang pertama, karena tanah ini Tanah Injil, maka manusianya ialah manusia Injili. Akibatnya, orang Papua HARUS memberitakan Injil di manapun mereka berada dan ke manapun mereka pergi. Kita perlu bertanya apakah memang orang-orang yang berasal dari tanah ini dan mendiami tanah ini memang orang-orang Injili.”
  2. Yang kedua, karena tanah ini Tanah Injil, maka yang harus dilakukan di Tanah ini ialah pemberitaan Injil. Apakah yang dibicarakan dan diberitakan di Tanah Papua ialah Injil, tidak ada berita lain. Lalu kita harus bertanya, “Mengapa justru terbalik, setiap hari kabar buruk yang keluar dari tanah Papua ke dunia?

6. Nama “Tanah Penggenapan”

Tanah Papua diberi nama “tanah penggenapan” berdasarkan Kisah Para Rasul 1:8;

Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (https://www.bible.com/id/bible/306/ACT.1.8.TB)

Ada banyak teori yang dikembangkan dunia tentang “di mana ujung bumi”. Menurut orang Papua “ujung bumi ” ialah Tanah Papua, oleh karena itu, untuk menggenapi perintah sebagaimana disampaikan dalam kutipan ayat ini, maka penggenapannya terjadi setelah Injil menjangkau Tanah Papua secara khusus dan kasasan Melanesia atau juga Pasifik Selatan secara umum.

Akibatnya dikaitkan dengan bangsa yang mendiami di Tanah ini maka, orang yang mendiami Tanah Penggenapan ialah bangsa Penggenapan. Maka diskusi terus berlanjut, apa maksud kita tentang bangsa Papua ialah bangsa penggenapan, secara teologis, secara biologis, secara sosial, secara budaya, dan bila perlu secara geneologi.

7. Nama “Tanah Papua Yesus punya!”

Nama ini juga diberitakan di atas mimbar-mimbar gereja oleh hamba-hamba Tuhan OAP. Pasti ada maksud mereka, akan tetapi saya tidak pernah mendengarkan apa maksud mereka. Yang kita bisa lakukan ialah mengkaitkannya secara rasional.

Di tanah Jawa tinggal orang Jawa. DI Tanah Papua tinggal orang Papua. Berarti di Tanah milik Yesus ada orang milik Yesus.

Secara teologis sebenarnya tidak dapat dipertanggung-jawabkan karena seluruh planet bumi bahkan jagat-raya ialah Yesus punya, dan semua umat manusia ialah Yesus punya. Mengapa hanya tanah Papua yang Yesus punya dan bangsa Papua saja yang Yesus punya.

Bisa juga kita mengartikannya secara politis.

Komentar Penutup

Dalam tulisan artikel sebelumnya dengan judul yang sama, kita telah menguraikan 16 nama yang diberikan kepada pulau New Guinea, dan secara khusus pulau New Guinea bagian barat, yang oleh Indonesia disebut Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; dan yang pejuang Papua Merdeka menyebutkan wilayah Negara Republik West Papua, atau wilayah West Papua.

Dalam tulisan ini, dengan judul yang sama di bagian kedua ini kami lebih memfokuskan diri kepada nama-nama julukan, yang diberikan secara sosial-budaya, yang lain bermuatan politik, sedangkan lainnya kelihatan tidak dikonsepkan dengan baik, sehingga diucapkan hanya sekedar bunyi bagus.

Nah, yang harus kita sadari ialah akibat daripada nama-nama ini terhadap jatidiri, gambar diri dan harga diri orang-orang Melanesia yang hidup di pulau New Guinea bagian barat ini. Pertanyaannya:

Apa akibat dan berapa jauh daya rusak dari masing-masing nama dan julukan yang diberikan kepada pulau New Guinea bagian barat ini?

Pernahkan orang Papua menyadari bahwa identitas dirinya yang diberikan berdasar “self-identification” maupun “differentiation” yang dilakukan oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain, dengan maksud merendahkan, membela diri, menanggapi, menegasikan, dan sebagainya?

Bagaimana caranya orang Papua dapat:

  • memperbaiki gambar diri? atau
  • menggantikan gambar diri? atau
  • membuat gambar dirinya sendiri dari nol?

Semoga!

Salam Damai Natal buat org Indonesia! Yesus memberkati kita semua!

Hai bangsa Indonesia, Terimalah:

“Salam Damai Natal buat org Indonesia! Dari Medan Perjuangan Papua Merdeka! Yesus memberkati kita semua!”

Intro

Ini bukan karena kehebatan saya! Bukan bukti kerohanian saya! Bukan juga karena saya menyesali melawan NKRI! Apalagi menyerah kepada pendudukan, kebiadaban dan kejahatan NKRI atas tanah Papua dan bangsa Papua. Ini hal yang tidak dapat ditukar-tambah dengan apa-apapun juga.

Hal ini saya lakukan karena saya diperintahkan oleh Panglima Revolusi Mahatinggi semesta alam sepanjang masa, yang hari kelahiran-Nya diperingati hari ini, 25 Desember 2021.

Hal ini saya lakukan karena perintah adalah perintah! Dia satu arah! Dari atas ke bawah! dan Tidak boleh saya bantah dengan alasan apapun!

Salam Damai buat NKRI dan Orang Indonesia

Saya berdoa, dari lubuk hati yang paling dalam, agar NKRI dan orang Indonesia mengalami kedamaian sejati dan abadi.

Saya berdoa, agar semua orang Indonesia, dari Sabang sampai Amboina, semuanya, tanpa terkecuali, menjadi orang-orang yang percaya kepada Yesus. Saya berdoa, agar Indonesia menjadi Negara Mayoritas Kristen terbesar di dunia di waktu Khairos Allah nanti.

SAya berdoa, dalam nama Yesus, Raja Damai, bahwa jalan untuk menuju Indonesia merdeka di dalam Yesus Kristus, menjadi Negara Kristen terbesar di luar Eropa dan Amerika ialah dengan cara memberikan kemerdekaan kepada bangsa Papua, Negara West Papua secara rela dan gentlemen.

  1. Dalam nama Yesus saya mengampuni semua orang Indonesia yang memanggil bangsa dan rasku “Monyet”, “Kera”, “Anjing”, “Babi”, “Primitif”, “kolot”, dan sebagainya, yang jelas-jelas merendahkan martabat saya sebagai makhluk ciptaan Allah menurut gambar dan rupa-Nya sendiri;
  2. Dalam nama Yesus saya mengampuni semua orang Indonesia yang pernah memaki-maki ayahku yang adalah seorang gembala sebagai, “Gembala babi kau!”, “Gembala apa-apa kambing kau!”, “Gembala babi liar kau!”, yang saya sendiri dengarkan waktu itu, tahun 1979, di tempat kelahiran saya sendiri.
  3. Dalam nama Yesus, saya mengampuni semua orang Indonesia yang secara langsung dan secara tidak langsung telah membunuh sanak-keluarga sedarah-dagingku, yang membunuh kaum, suku dan bangsaku, yang saat ini sedang beroperasi di Ndugama, Intan Jaya, Timika, Yahukimo, Pegunungan Bintang dan tempat-tempat lainnya di seluruh West Papua dan Papua New Guinea;
  4. Dalam nama Yesus, saya mengampuni Jenderal TNI Andika Perkasa, Panglima TNI hari ini, di mana tanganmu berlumuran darah Orang Asli Papua, terutama Alm. Dortheys Hiyo Eluay, Ondofolo Sereh, Suku Sentani, Port Numbay.
  5. Dalam nama Yesus saya ampuni semua pembunuh orang Papua, di desa-desa, di kota-kota, baik ibu dan anak atau lelaki dan perempuan, baik yang ketahuan maupun yang tersembunyi, terutama pembunuhan hamba-hamba Tuhan dan bayi-bayi yang tidak tahu-menahu tentang Papua Merdeka.
  6. Dalam nama Yesus saya mengampuni orang Indonesia karena kalian telah menganggap West Papua adalah tanah Melayu, orang Papua adalah keturunan Melayu dan maka adalah orang Indonesia.
  7. Dalam nama Yesus saya mengampuni Ali Murtopo, yang tahun 1961-3 mengatakan kepada orang tua saya bahwa ia hanya butuh tanah, kalau orang Papua mau bikin negara mintakan Amerika supaya mengirim orang Papua ke planet baru atau mintakan Tuhan ciptakan pulau baru di pasififik. Ya, saya mengampuni-mu, Ali Murtopo.
  8. Dalam nama Yesus saya ampuni semua orang Indonesia, orang Kristen ataupun orang beragama lain, masyarakat biasa maupun pejabat negara, pegawai maupun petani, lelaki dan perempuan, kecil-besar, kaya-miskin, semuanya. Biarlah sekalian orang Indonesia sadar dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat!

Doa pengampunan yang saya sampaikan ini bukan karena saya menjadi orang baik! Bukan juga agar supaya orang Indonesia dan NKRI tetap tinggal di Indonesia. Tidak dengan alasan agar orang Indonesia meneruskan pendudukannya dan kejahatannya atas tanah dan bangsa Papua. Sama seklai tidak1

Malahan sebaliknya…..

NKRI dan Orang Indonesia Angkat Kaki dari Surga Kecil yang Jatuh ke Bumi

Saya mengampuni kalian semua orang Indonesia dan negara kalian NKRI bukan supaya kalian tetap tinggal di Tanah Papua, menjajah bangsa Papua, meneror, mengintimidasi, menyiksa, memenjarakan, mengejar, bahkan membunuh orang pemilik Tanah Papua, surga kecil yang jatuh ke Bumi.

Bukan! Tidak! Sama sekali itu bukan!

Tujuan saya ialah saya melakukan perintah Allah supaya saya sebagai orang Kristen harus saya ampuni.

Tujuan saya ialah menyambut Raja Damai yang lahir hari ini dengan menghadirkan kedamaian dalam diriku sendiri!

Tujuan saya karena saya mau ke sorga! Untuk itu saya harus menaati perintah Tuhan Yesus saya, yang kelahiran-Nya dirayakan hari ini, yang telah lahir dan akan datang kembali memerintah semesta alam sepanjang masa sebagai Raja Damai.

Kalau orang Indoneia mau diberkati!

Kalau NKRI mau diberkati!

maka saya mau terus-terang, jalan satu-satunya ialah “Meninggalkan Tanah Papua” dan “mengakui kemerdekaan bangsa Papua”, karena sumber berkat bagi NKRI dan orang Indonesia berada dalam West Papua yang merdeka dan berdaulat di luar NKRI, bukan West Papua yang ada di dalam pendudukan dan penjajahan NKRI.

Alasannya jelas:

  1. Bangsa Papua dan bangsa Indonesia diciptakan Allah berbeda;
  2. Tanah Papua dan tanah Melayu diciptakan berbeda, tidak menyatu dan tidak sama;
  3. NKRI dan oramng Indonesia telah lama memperlakukan dan merusak gambar Allah, yaitu manusia Papua secara terus-menerus dan hal ini telah menyakiti hati Allah;
  4. NKRI dan orang Indonesia akan tersalurkan berkat-berkat rohani dan jasmani melalui West Papua

Penutup:

Salam Natal ialah Salam Damai!
Mari kita berdamai dengan diri sendiri kita!
Mari kita berdamai dengan sanak-keluarga kita!
Mari kita berdamai dengan tetangga dan kerabat kita!
Mari kita berdamai dengan kaum dan bangsa kita!

Bahkan

Mari kita berdamain dengan kaum dan bangsa lain!
Mari kita berdamai dengan mereka yang selama ini memusuhi, merendahkan, memaki, menyiksa, membunuh kita!

Itulah makna Raja Damai telah lahir di kandang yang hina!

Selain dari kita kita sedang bersandiwara! Tuhan tidak senang dengan sandiwara kit!

Siapa yang bertelinga, hendaklah ia mendengar!

Siapa yang bernurani, hendaklah ia bertindak bijaksanak!

Siapa yang bernalar, hendaklah ia berpikir rasional, bahwa apa yang terjadi selama ini adalah salah, dan harus diperbaiki sendiri saat ini, sebelum orang lain datang memaksa kita untuk memperbaikinya!

Terpujilah nama YHWH! Glory! Glory! Glory! Halellujah! Halellujah! Halellujah! Amin! Amin! Amin!

 

Hello world! Ini Yikwanak dari Rimba New Guinea

Dari Rimba New Guinea, Yikwanak Kole mau sampaikan “Salam Hormat!”, “Salam Jumpa kembali!” dan “Salam juang!”

Banyak hal telah terjadi dalam kehidupan ini, yang membawa saya kepada posisi hari ini, sebagai seorang manusia, yang pernah dilahirkan ke muka Bumi ini, oleh seorang ibu bermarga Yikwa. Bagi kita semua yang dilahirkan dari kandungan seorang perempuan Yikwa, tentunya kita memiliki satu aliran darah, darah seorang perempuan Yikwa, yang selalu mengalir dalam kehidupan kita masing-masing.

Memang benar, kita juga membawa darah dari ayah kita masing-masing, tentu saja dengan demikian kita memiliki banyak marga, seperti Kogoya, Karoba, Tabuni, Wanimbo, Walela, dan sebagainya, kita tetap satu dalam kandung, yaitu dari kandungan seorang perempuan Yikwa.

Dengan dasar pemikiran berdasarkan realitas hukum alam yang mutlak ini, saya sebagai salah satu anak dari perempuan Yikwa yang telah memilih untuk bertindak membela hak asasi bangsa Papua dengan resiko yang tinggi, saya mengundang Anda sekalian, semua anak-anak perempuan Yikwa, untuk bersatu dalam pikiran, perasaan, dan perjuangan, sama dengan satu dalam kandungan dan aliran darah tadi.

Mari kita bekerjasama dalam membela hak asasi bangsa kita, tanah leluhur kita, keturunan kita, keluarga kita, anak-cucu kita.

Saya, Yikwana Kole, sebagai salah satu anak dari perempuan Yikwa, telah menjalani kehidupan ini, telah mengalami manis dan pahit, telah melewati berbagai rintangan yang mudah dilalui maupun yang sangat menantang untuk dilalui. 

Saya, Yikwanak Kole, salah seorang anak dari perempuan Yikwa, mengundang kita semua, semua orang-orang Yikwanak di mana-pun Anda berada, untuk sadar dan sadar, bahwa kehidupan ini hanyalah sementara, kehidupan ini tidak akan lama, sama seperti bungan yang hanya segar di pagi hari, setelah itu akan layu, dan keesokannya harinya telah lenyap. 

Saya, Yikwanak Kole, salah seorang anak perempuan Yikwa, mengundang kita semua anak-anak perempuan Yikwa, untuk berpikir dan bertindak sama seperti ibunda kita, yaitu perempuan Yikwa, yang selalu berani, selalu lantang, dan selalu bertindak, tidak memikirkan resiko dari perbuatannya. Ia selalu bertindak, dan bertindak, dan bertindak! Kita dilahirkan sebagai orang-orang besar, orang-orang Yikwanak, karena ibu kita yang begitus keras dan tegas, dan berani.

Anak-anak mereka seharusnya berani, tegas dan bertindak sesuai hatinurani, membela kebenaran dengan resiko apapun.

Untuk berkomunikasi selanjutnya, silakan email: kole@yikwanak.com

 

 ‡ , Yikwanak Kole Length: [381] words., and modified on: October 24th, 2021.

Papua Merdeka TIDAK BUTUH orang sekolah di NKRI, karena …

Papua Merdeka TIDAK BUTUH orang sekolah di NKRI, karena yang terjadi perusakan nalar dan paradigma berpikir. Hasil pertama adalah selalu mengharapkan NKRI memberikan solusi bagi bangsa Papua.

Lihat semua pejabat, semua orang sekolah di West Papua, termasuk yang ada di dalam NKRI, berpendapat, NKRI akan memberikan solusi bagi West Papua.

Itu hasil sekolah!

Jadi kalau mau selesaikan masalah West Papua, maka kita butuh orang Papua asli, orang Papua murni, orang Papua yang lulus Sekolah Adat, yang melihat dunia dari Satu Pintu: PINTU HONAI!

Catatan

Status ini ditulis menggapi status Halaman Facebook tulisan Alen Halitopo, sbb:

Aku ingin banyak bicara tapi, kenapa saya tidak pernah sekolah k? Tuhan Allah tolong lindungi saya dalam kata-kata saya, semoga bermanfaat bagi bangsa ini.

https://www.facebook.com/wesigin.halitopo.3

Menipu = Perbedaan Antara yang Dikatakan dan Realitas yang Ada/ yang Dilakukan

Tindak-lanjut dari catatan sebelumnya, tentang topik ini, saya, Yikwanak.com Kole, atas nama kalian Yikwanak.com mengatakan bahwa “tipu”, atau “dusta” ialah

Perbedaan Antara yang Dikatakan dan Realitas yang Ada/ yang Dilakukan

Entah perbedaan itu besar atau kecil, entah berat atau tidak, pokoknya ada perbedaan, maka itulah “tipu”.

Biarpun dengan niat baik, dengan tujuan baik, tipu tetap-lah tipu. Menurut filsafat hidup orang Melanesia, di mana Yikwanak.com dilahirkan, hukuman dari “menipu” ialah “tidak dipercaya seumur hdup”.

Apa yang terjadi dengan banyak Yiwkanak.com hari ini? Yang tipu-tipu rakyat di Pilkada dan Pemulikada dan di mimbar-mimbar? Saya mewakili Yikwanak.com juga malu, karena itu saya mengaju secara jujur, mewakili kalian semua.

Niat Baik Sering Disampaikan dengan Cara yang Justru Menjadi Bumerang Bagi Niat Baik itu Sendiri

Kisah ini mengajarkan kepada saya bahwa tidak semua niat baik itu akan dipuji orang lain, dan tidak semua niat baik itu dapat diwujudkan dengan cara-cara yang baik pula.

Ada banyak niat baik yang sering diwujudkan dengan cara-cara yang tidak tepat akibatnya malahan menjadi bumerang bagi niat kita itu sendiri.Dan ada banyak niat baik yang tidak dipuji, tetapi diremehkan, dan bahkan dicaci dan ditolak.

Oleh karena itu, kita hraus belajar dan terus belajar, sampai di alam sebelah-pun kita terus belajar!

Hello world! This is my World

Welcome to Yikwanak.com Sites. This is the first post at Yikwanak Kole Blog, and I hope to see many  things coming from this particular blog in order to help all of us become more advanced not only in modernisation process but particularly in rooting back to our own roots and ancestors.

I believe in modern building construction theory that simply says, “the more you dig into the ground, the more you can build up over the ground” If I apply this principles in our personal development, then I clearly see how important it is for each of us to be rooted into our self in order to grow bigger and higher, wider and deeper.

I have two roots as far as I can tell and I know well. The first one is my ancestral root, related to my clan and my tribe, my land and my society. This is the primary and  most important one. Then the secondary and complementary one is my root into myself, how deep I contemplate, mediate, learn and apply what I learn in my life.

 

Copyright © 218-2024 - Twenty Fourteen - 2014 AutoGrids 06.