Pembuka

Istilah tahun baru mulai saya dengar pada saat saya ada di Sekola Pendidikan Pertama (SMP) di Sentani pada tahun 1981, yaitu 31 Desember 1980 menjelang 1 Januari 1981.

Kami dikirim dari kampung untuk menempuh pendidikan setelah menamatkan Sekolah Dasar di kampung. Sebagai orang pedalaman, di Wamena waktu itu SMP hanya ada di Tiom, Bokondini dan Wamena, dan ketiga tempat inipun jauh dari kampung saya.

Ditambah lagi, untuk menuju ke ketiga tempat ini membutuhkan banyak persiapan seperti rumah/ asrama, biaya makan, seragam, pengenalan tempat, dan sebagainya. Sementara misionaris telah mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan ini di Sentani. Oleh karena itu kami dikirim ke Sentani.

Pengalaman Resolusi Tahun Baru

Pada waktu di Asrama, masih di SMP kelas satu, kami diajak oleh Kepala Asrama, untuk duduk, dan membaca Firman Allah. Begitu tepat jam 12:00 pagi hari, kami selalu menutup tahun dengan doa-doa.

Hal yang sangat melekat dalam ingatan saya ialah pengakuan dosa-dosa yang selalu terjadi pada akhir tahun. Pada saat di asrama, kami sering dikunjungi para tokoh gereja, gembala-gembala dan juga para mahasiswa yang kuliah di Sekolah Teologia di Jawa, datang dalam rangka pulang ke tempat asal kami. Saat mereka kebetulan ada di Sentani, maka satu-satunya tempat mereka menghabiskan waktu-waktu adalah di Asrama kami.

Dengan kedatangan mereka, selalu ada ibadah, lagu-lagu baru diajarkan dan juga dilakukan berbagai macam teknik dalam ritual menutup tahun lama dan membuka lembaran hidup dalam tahun baru.

Saya masih ingat, sesekal kami duduk dalam kelompok-kelompok kecil, dan kami mengaku hal-hal yang kami anggap sebagai salah dan dosa yang kami lakukan di tahun berjalan. Sesekali, kami tidak mengaku terbuka, tetapi disuruh menulis di kertas secara sembunyi-sembunyi.

Hasil dari pengakuan-pengakuan itu, ada yang dibuang ke dalam api yang menyala-nyala, dengan doa-doa pelepasan, kamipun melemparkan kertas-kertas pengakuan ke dalam api. Di lain waktu kami kumpulkan dan hamba Tuhan mendoakan catatan-catatan dimaksud, kemudian hamba Tuhan membakarnya. Di waktu yang lain bukan dibakar, tetapi dibuang ke dalam kali, atau ke dalam laut atau danau. Ada juga pernah kami menggali tanah dan menguburkannya di dalam tanah, lalu kami menanam kepala atau pohon di halaman belakang rumah.

Pada tahun 2021 lalu, kami tidak melakukan semuanya ini. Saya katakan kepada sanak-keluarga yang ada, bahwa kami tidak usah mengingat dan menceritakan dosa atau salah. Kami mendoakan Tuhan mengampuni kami semua tanpa menyebutkan satu per satu, karena dengan menyebut-nyebut mereka, memori kita mengingat kembali, sepertinya kita menyegarkan ingatan kita dan itu tidak membantu kita dalam melupakan apa yang telah terjadi di masa yang telah lewat.

Memasuki tahun 2022 ini yang kami lakukan ialah memegant tangan satu per satu sambil berdiri dan mengeluarkan pernyataan-pertanyaan yang disebut sebagai resolusi atau deklarasi untuk tahun 2022 ini. Deklarasi atau resolusi dimaksud diucapkan oleh yang bersangkutan, dan disusul secara bersama dengan suara keras oleh semua yang bergandengan-tangan dan berdiri bersama.

Dasar pemikirannya ialah bahwa kita tidah perlu lagi membahas dan menceritakan apa yang salah di masa lalu. Akan tetapi kita perlu mengucapkan dalam kata-kata apa yang kita inginkan agar terjadi atau kami lakukan atau Tuhan tolong untuk terjadi di tahun 2022.

Saya berkesempatan pertama untuk mengatakan. Dan saya katakan sebagai berikut
1. Saya berdoa, kiranya pada tahun 2022 ini, saya akan berpuasa dua hari dalam seminggu;

2. Tujuan saya berdoa dan berpuasa ialah agar United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) mendapatkan status anggota penuh dalam ULMWP tahun 2022 ini.

Setelah itu, sanak-keluarga lain-pun menyusul mengucapkan apa yang mereka ingin capai di tahun 2022 ini.

Penutup

Apapun resolusi kita, bagaimanapun caranya kita lakukan, itu tidaklah penting.

Tanggal baru atau tahun baru atau tahun lama, juga tidak terlalu penting. Toh tahun dan tanggal faktanya tidak pernah menua dan tidak pernah pergi dan tahun baru tidak pernah datang. Kalender hanyalah ciptaan manusia, musim dan waktu-lah yang diciptakan Allah.

Oleh karena itu, apapun yang terjadi tidaklah menjadi masalah.

Yang terpenting ialah kita “mengucapkan” dengan suara apa yang kita inginkan, dalam sikap doa kepada Allah, dikuatkan terus-menerus, karena dunia ini diciptakan ketika Allah berfirman. Tanpa Allah berfirman, segala-sesuatu belum terjadi. Hanya saat keluar Firman-Nya, maka semuanya telah terjadi.

Setiap saat, bukan dalam tahun baru saja, mari kita ucapkan kata-kata yang baik yang positif, yang memajukan, yang membangun, yang membawa kemenangan, sehingga kita hidup dari kemenangan kepada kemenangan, dan hidup kita memulikan Allah.

Semoga Andapun telah membuat resolusi untuk tahun 2022 ini. Kalau belum, saya persilakan Anda membuatnya. Karena segala-seautau akan tercipta dalam kehidupan, ti tahun 2022 ini saat kita berfirman. Kita sebagai anak-anak Allah memiliki kuasa untuk mengkleim kemenangan, berkat, keberhasilan, kebahagiaan, kekayaan, keberuntungan, dan hal-hal yang baik menimpa diri kita.

 

Hai bangsa Indonesia, Terimalah:

“Salam Damai Natal buat org Indonesia! Dari Medan Perjuangan Papua Merdeka! Yesus memberkati kita semua!”

Intro

Ini bukan karena kehebatan saya! Bukan bukti kerohanian saya! Bukan juga karena saya menyesali melawan NKRI! Apalagi menyerah kepada pendudukan, kebiadaban dan kejahatan NKRI atas tanah Papua dan bangsa Papua. Ini hal yang tidak dapat ditukar-tambah dengan apa-apapun juga.

Hal ini saya lakukan karena saya diperintahkan oleh Panglima Revolusi Mahatinggi semesta alam sepanjang masa, yang hari kelahiran-Nya diperingati hari ini, 25 Desember 2021.

Hal ini saya lakukan karena perintah adalah perintah! Dia satu arah! Dari atas ke bawah! dan Tidak boleh saya bantah dengan alasan apapun!

Salam Damai buat NKRI dan Orang Indonesia

Saya berdoa, dari lubuk hati yang paling dalam, agar NKRI dan orang Indonesia mengalami kedamaian sejati dan abadi.

Saya berdoa, agar semua orang Indonesia, dari Sabang sampai Amboina, semuanya, tanpa terkecuali, menjadi orang-orang yang percaya kepada Yesus. Saya berdoa, agar Indonesia menjadi Negara Mayoritas Kristen terbesar di dunia di waktu Khairos Allah nanti.

SAya berdoa, dalam nama Yesus, Raja Damai, bahwa jalan untuk menuju Indonesia merdeka di dalam Yesus Kristus, menjadi Negara Kristen terbesar di luar Eropa dan Amerika ialah dengan cara memberikan kemerdekaan kepada bangsa Papua, Negara West Papua secara rela dan gentlemen.

  1. Dalam nama Yesus saya mengampuni semua orang Indonesia yang memanggil bangsa dan rasku “Monyet”, “Kera”, “Anjing”, “Babi”, “Primitif”, “kolot”, dan sebagainya, yang jelas-jelas merendahkan martabat saya sebagai makhluk ciptaan Allah menurut gambar dan rupa-Nya sendiri;
  2. Dalam nama Yesus saya mengampuni semua orang Indonesia yang pernah memaki-maki ayahku yang adalah seorang gembala sebagai, “Gembala babi kau!”, “Gembala apa-apa kambing kau!”, “Gembala babi liar kau!”, yang saya sendiri dengarkan waktu itu, tahun 1979, di tempat kelahiran saya sendiri.
  3. Dalam nama Yesus, saya mengampuni semua orang Indonesia yang secara langsung dan secara tidak langsung telah membunuh sanak-keluarga sedarah-dagingku, yang membunuh kaum, suku dan bangsaku, yang saat ini sedang beroperasi di Ndugama, Intan Jaya, Timika, Yahukimo, Pegunungan Bintang dan tempat-tempat lainnya di seluruh West Papua dan Papua New Guinea;
  4. Dalam nama Yesus, saya mengampuni Jenderal TNI Andika Perkasa, Panglima TNI hari ini, di mana tanganmu berlumuran darah Orang Asli Papua, terutama Alm. Dortheys Hiyo Eluay, Ondofolo Sereh, Suku Sentani, Port Numbay.
  5. Dalam nama Yesus saya ampuni semua pembunuh orang Papua, di desa-desa, di kota-kota, baik ibu dan anak atau lelaki dan perempuan, baik yang ketahuan maupun yang tersembunyi, terutama pembunuhan hamba-hamba Tuhan dan bayi-bayi yang tidak tahu-menahu tentang Papua Merdeka.
  6. Dalam nama Yesus saya mengampuni orang Indonesia karena kalian telah menganggap West Papua adalah tanah Melayu, orang Papua adalah keturunan Melayu dan maka adalah orang Indonesia.
  7. Dalam nama Yesus saya mengampuni Ali Murtopo, yang tahun 1961-3 mengatakan kepada orang tua saya bahwa ia hanya butuh tanah, kalau orang Papua mau bikin negara mintakan Amerika supaya mengirim orang Papua ke planet baru atau mintakan Tuhan ciptakan pulau baru di pasififik. Ya, saya mengampuni-mu, Ali Murtopo.
  8. Dalam nama Yesus saya ampuni semua orang Indonesia, orang Kristen ataupun orang beragama lain, masyarakat biasa maupun pejabat negara, pegawai maupun petani, lelaki dan perempuan, kecil-besar, kaya-miskin, semuanya. Biarlah sekalian orang Indonesia sadar dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat!

Doa pengampunan yang saya sampaikan ini bukan karena saya menjadi orang baik! Bukan juga agar supaya orang Indonesia dan NKRI tetap tinggal di Indonesia. Tidak dengan alasan agar orang Indonesia meneruskan pendudukannya dan kejahatannya atas tanah dan bangsa Papua. Sama seklai tidak1

Malahan sebaliknya…..

NKRI dan Orang Indonesia Angkat Kaki dari Surga Kecil yang Jatuh ke Bumi

Saya mengampuni kalian semua orang Indonesia dan negara kalian NKRI bukan supaya kalian tetap tinggal di Tanah Papua, menjajah bangsa Papua, meneror, mengintimidasi, menyiksa, memenjarakan, mengejar, bahkan membunuh orang pemilik Tanah Papua, surga kecil yang jatuh ke Bumi.

Bukan! Tidak! Sama sekali itu bukan!

Tujuan saya ialah saya melakukan perintah Allah supaya saya sebagai orang Kristen harus saya ampuni.

Tujuan saya ialah menyambut Raja Damai yang lahir hari ini dengan menghadirkan kedamaian dalam diriku sendiri!

Tujuan saya karena saya mau ke sorga! Untuk itu saya harus menaati perintah Tuhan Yesus saya, yang kelahiran-Nya dirayakan hari ini, yang telah lahir dan akan datang kembali memerintah semesta alam sepanjang masa sebagai Raja Damai.

Kalau orang Indoneia mau diberkati!

Kalau NKRI mau diberkati!

maka saya mau terus-terang, jalan satu-satunya ialah “Meninggalkan Tanah Papua” dan “mengakui kemerdekaan bangsa Papua”, karena sumber berkat bagi NKRI dan orang Indonesia berada dalam West Papua yang merdeka dan berdaulat di luar NKRI, bukan West Papua yang ada di dalam pendudukan dan penjajahan NKRI.

Alasannya jelas:

  1. Bangsa Papua dan bangsa Indonesia diciptakan Allah berbeda;
  2. Tanah Papua dan tanah Melayu diciptakan berbeda, tidak menyatu dan tidak sama;
  3. NKRI dan oramng Indonesia telah lama memperlakukan dan merusak gambar Allah, yaitu manusia Papua secara terus-menerus dan hal ini telah menyakiti hati Allah;
  4. NKRI dan orang Indonesia akan tersalurkan berkat-berkat rohani dan jasmani melalui West Papua

Penutup:

Salam Natal ialah Salam Damai!
Mari kita berdamai dengan diri sendiri kita!
Mari kita berdamai dengan sanak-keluarga kita!
Mari kita berdamai dengan tetangga dan kerabat kita!
Mari kita berdamai dengan kaum dan bangsa kita!

Bahkan

Mari kita berdamain dengan kaum dan bangsa lain!
Mari kita berdamai dengan mereka yang selama ini memusuhi, merendahkan, memaki, menyiksa, membunuh kita!

Itulah makna Raja Damai telah lahir di kandang yang hina!

Selain dari kita kita sedang bersandiwara! Tuhan tidak senang dengan sandiwara kit!

Siapa yang bertelinga, hendaklah ia mendengar!

Siapa yang bernurani, hendaklah ia bertindak bijaksanak!

Siapa yang bernalar, hendaklah ia berpikir rasional, bahwa apa yang terjadi selama ini adalah salah, dan harus diperbaiki sendiri saat ini, sebelum orang lain datang memaksa kita untuk memperbaikinya!

Terpujilah nama YHWH! Glory! Glory! Glory! Halellujah! Halellujah! Halellujah! Amin! Amin! Amin!

 

3 Alasan Saya Percaya Papua telah Merdeka

Ada tiga alasan saya percaya Papua telah merdeka. 1. Alasan UUDS Alasan yang pertama ialah karena Wet Papua telah memiliki Undang-Undang Dasar (UUD) yang saat ini disebut Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS), dan dijalankan untuk sementara waktu oleh Ketua United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) yang bertindak sebagai Presiden Sementara/ Interim President. Siapapun di dunia… Continue reading 3 Alasan Saya Percaya Papua telah Merdeka

Teori Evolusi dan Evolusi Pemikiran Manusia OAP Sampai di Tingkatan Mana?

Catatan Lepas Manusia yang mulanya hanya berbahasa secara terbatas, malahan bukan berbahasa tetapi sekadar mengeluarkan bunyi pertanda bahaya, gembira, mencari, dan sebagainya. Mulanya ia belum berpikir dengan nalar apalagi rasio. Lalu lama-kelamaan, manusia mengalami evolusi biologis, dan kemudian menghasilkan pemikiran-pemikirannya seperti seorang anak kecil berusaha memahami tanda-tanda dan lambang yang disampaikan atau memberikan reaksi terhadap lingkungannya dengan tersenyum, tertawa, kaget, atau menangis.… Continue reading Teori Evolusi dan Evolusi Pemikiran Manusia OAP Sampai di Tingkatan Mana?

Untuk Orang Melanesia, Apalagi New Guinea, jangan Terlalu Banyak Bicara yang Konseptual

Percakapan ini terjadi belum lama ini. Ada seorang pejabat negara Papua New Guinea bertemu dengan saya dalam rangka merintis bisnis antara Provinsi Papua dan Papua Barat dan Papua New Guinea, sesuai dengan gagasan Free Melanesia Trade Agreement yang sudah dalam proses penyelesaian. Bicara banyak tentang konsep ekonomi, saya katakan kepadanya, Konsep Bisnis Melanesia ialah Kapitalis… Continue reading Untuk Orang Melanesia, Apalagi New Guinea, jangan Terlalu Banyak Bicara yang Konseptual