Loading, please wait...
 

Uncategorized

15 Posts

     "Uncategorized"» has the following Sub-Category:

    • No categories
  •  🡩

    Category Archives: Uncategorized

    Gambar Diri Bangsa Papua Dicabik-Cabik Dengan Cara Memberi Banyak Nama Samaran (2)

    Papua = Tanah Papua / Bangsa Papua

    Tentang “Papua”, “Bangsa Papua” dan  “Tanah Papua”, kita berbicara hal yang sama, yaitu wilayah pulau New Guinea dan manusia yang mendiami tanah dimaksud.

    Arti pertama ialah kata “Papua” ialah “Tanah Papua”, berarti pulau New Guinea, yang saat ini terbagi ke dalam negara Papua New Guinea dan wilayah pendudukan Indonesia bernama “West Papua”. Itu panggilan yang telah disepakati oleh orang pulau New Guinea yang ada di bagian barat pulau ini.

    Arti kedua ialah “Papua” ialah “bangsa Papua”, berarti manusia yang mendiami Tanah Papua atau pulau New Guinea, yaitu manusia yang mendiami pulau New Guinea dari Sorong / Raja Ampat dibagian barat sampai Samarai di bagian Timur.

    1. Kekacauan pertama atau kerusakan atau perusakan gambar diri yang pertama ialah apakah Tanah Papua,  yang kita maksudkan hanya untuk bagian barat pulau New Guinea atau wilayah Negara West Papua, ataukah ini termasuk wilayah Negara Papua New Guinea (bagian timur pulau New Guinea), yang secara faktual, rasional dan teori adalah SATU pulau dan SATU bangsa?
    2. Kekacauan kedua atau perusakan gambar kedua ialah kata “Papua” itu sendiri tanpa “tanah” atau “bangsa”, maka apa artinya ini?  Kalau manusia nya kita sebut orang Papua atau bangsa Papua, dan tanah-nya disebut Tanah Papua. Maka “Papua” sendiri artinya melekat ke manusia atau ke wilayah? Itulah sebabnya ada nama Provinsi Papua, ada juga nama Orang Asli Papua (OAP), jadi “Papua” itu seseorang atau sesuatu, manusia atau wilayah?

    Pemberian Nama-Nama kepada Tanah atau bangsa Papua untuk Merusak Gambar Diri orang Papua

    1. Nama “Bumi Cenderawasih”

    Nama “Bumi Cenderawasih” artinya, tempat di mana ada burung Cenderawasih, pulau di mana ada burung emas yang dalam bahasa Melayu disebut “Cenderawasih”.

    Pembedaan yang perlu dilakukan di sini, atau bersifat pertanyaan ini apakah Bumi Cenderawasih sebagai julukan NKRI  untuk Tanah Papua ini ditujukan kepada provinsi Papua atau Provinsi Irian Jaya ataukah itu dimaksudkan untuk pulau New Guinea (Sorong – Samarai).

    Kenyataannya yang sering dimaksud adalah “bagian barat pulau New Guinea”, yang kini terdiri dari Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dan lainnya, yaitu wilayah bagian Barat pulau New Guinea yang kini dikuasai Indonesia.

    Kalau begitu manusia-nya disebut manusia Bumi Cenderawasih, atau manusia Papua, atau orang Bumi Cenderawasih?

    2. Nama “Irian Jaya”

    Nama “Irian Jaya” murni nama politik, yang diberikan Presiden Indonesia Soekarno. Beliau mengatakan IRIAN artinya “Ikut republik Indonesia Anti Nederland”. Si gajo pembuat singkatan ini menambahkan kata “Jaya” di belakang kata Irian buatannya.

    Walaupun dalam artikel sebelumnya disebutkan bahwa kata Irian diberikan dalam bahasa Byak, Serui dan salah satu suku di bagian Selatan West Papua yang memberikan arti kata “Irian”, yang jelas kata “Irian” telah dipolitisir menjadi nama politik wilayah pendudukan NKRI, yaitu di bagian barat pulau New Guinea, bukan nama identitas bangsa Papua seperti diartikan oleh pemberi nama IRian Frans Kaisiepo.

    3. Nama “Papua”

    Nama Papua juga kita soroti kembali dalam rangka menggambarkan pencobekan, pengacau-balauan, dalam rangka merusak gambar diri orang Papua dengan menggunakan kata ini.

    Seperti dijelaskan di atas, kata “Papua” ini juga bukan kata asli dari salah satu bahasa yang ada di Tanah Papua, akan tetapi ia merupakan julukan yang diberikan oleh orang lain terhadap realitas identitas fisik orang yang mendiami pulau New Guinea.

    Dalam hal ini, nama “Papua” diberikan bukan dalam rangka identifikasi diri, akan tetapi dalam rangka memberikan julukan, pembedaan, memberikan identitas yang berbeda dari yang memberi identitas dimaksud. Sama seperti orang Papua menyebut “Amberi” sebagai julukan dari dalam kepada orang luar, dan “Komin” sebagai sebutan indentifikasi secara ke dalam, maka kata “Papua” digunakan sebagai diferensiasi atau julukan keluar dari orang lain terhadap orang di pulau New Guinea.

    Kacaunya lagi, saat ini nama “Papua” juga disebut sebagai “Tanah Papua”. Akibatnya menjadi tambah rusak gambar diri dimaksud. Papua itu nama bangsa atau nama tanah?

    Tambah kacau lagi, semua orang Indonesia menyebut pulau Papua untuk merujuk kepada pulau New Guinea. Baca saja artikel. Mereka pasti katakan begini, “Pulau Papua terbagi dua, di sebelah timur ialah Negara Papua New Guinea dan disebelah Barat ialah wilayah Indonesia”.

    4. Nama “Surga Kecil uang Jauth ke Bumi”

    Nama “Surga kecil yang jatuh ke bumi” diberikan sama dengan nama “Bumi Cenderawasih”, yaitu Bumi Burung Emas.

    Ada pandangan sangat umum, sejak purbakala, bahkan sebelum masehi-pun sudah dikenal orang luar dari pulau New Guinea, bahwa pulau ini pulau emas, taman eden, dan penuh dengan kekayaan di perut bumi.

    Banyak lagu-lagu diciptakan orang Indonesia terkait West New Guinea

    5. Nama “Tanah Injil”

    Barangkali sebagai balasan atas julukan “Surga kecil jatuh ke bumi” tadi, orang Papua juga dengan bangganya mempromosikan katanya, Tanah Papua ialah “Tanah Injil”. Penjelasannya tidak begitu jelas, apakah yang dimaksudkan ialah

    • tanah yang dipersembahkan kepada Injil
    • tanah yang dipersiapkan untuk memberitakan Injil
    • tanah yang di dalamnya hanya Injil yang diberitakan
    • tanah milih Allah

    entah apalah artinya, banyak hamba-hamba Tuhan OAP (Orang Asli Papua) menggunakan nama ini.

    Nama ini kemudian dapat mengakibatkan tiga hal:

    1. Yang pertama, karena tanah ini Tanah Injil, maka manusianya ialah manusia Injili. Akibatnya, orang Papua HARUS memberitakan Injil di manapun mereka berada dan ke manapun mereka pergi. Kita perlu bertanya apakah memang orang-orang yang berasal dari tanah ini dan mendiami tanah ini memang orang-orang Injili.”
    2. Yang kedua, karena tanah ini Tanah Injil, maka yang harus dilakukan di Tanah ini ialah pemberitaan Injil. Apakah yang dibicarakan dan diberitakan di Tanah Papua ialah Injil, tidak ada berita lain. Lalu kita harus bertanya, “Mengapa justru terbalik, setiap hari kabar buruk yang keluar dari tanah Papua ke dunia?

    6. Nama “Tanah Penggenapan”

    Tanah Papua diberi nama “tanah penggenapan” berdasarkan Kisah Para Rasul 1:8;

    Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (https://www.bible.com/id/bible/306/ACT.1.8.TB)

    Ada banyak teori yang dikembangkan dunia tentang “di mana ujung bumi”. Menurut orang Papua “ujung bumi ” ialah Tanah Papua, oleh karena itu, untuk menggenapi perintah sebagaimana disampaikan dalam kutipan ayat ini, maka penggenapannya terjadi setelah Injil menjangkau Tanah Papua secara khusus dan kasasan Melanesia atau juga Pasifik Selatan secara umum.

    Akibatnya dikaitkan dengan bangsa yang mendiami di Tanah ini maka, orang yang mendiami Tanah Penggenapan ialah bangsa Penggenapan. Maka diskusi terus berlanjut, apa maksud kita tentang bangsa Papua ialah bangsa penggenapan, secara teologis, secara biologis, secara sosial, secara budaya, dan bila perlu secara geneologi.

    7. Nama “Tanah Papua Yesus punya!”

    Nama ini juga diberitakan di atas mimbar-mimbar gereja oleh hamba-hamba Tuhan OAP. Pasti ada maksud mereka, akan tetapi saya tidak pernah mendengarkan apa maksud mereka. Yang kita bisa lakukan ialah mengkaitkannya secara rasional.

    Di tanah Jawa tinggal orang Jawa. DI Tanah Papua tinggal orang Papua. Berarti di Tanah milik Yesus ada orang milik Yesus.

    Secara teologis sebenarnya tidak dapat dipertanggung-jawabkan karena seluruh planet bumi bahkan jagat-raya ialah Yesus punya, dan semua umat manusia ialah Yesus punya. Mengapa hanya tanah Papua yang Yesus punya dan bangsa Papua saja yang Yesus punya.

    Bisa juga kita mengartikannya secara politis.

    Komentar Penutup

    Dalam tulisan artikel sebelumnya dengan judul yang sama, kita telah menguraikan 16 nama yang diberikan kepada pulau New Guinea, dan secara khusus pulau New Guinea bagian barat, yang oleh Indonesia disebut Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; dan yang pejuang Papua Merdeka menyebutkan wilayah Negara Republik West Papua, atau wilayah West Papua.

    Dalam tulisan ini, dengan judul yang sama di bagian kedua ini kami lebih memfokuskan diri kepada nama-nama julukan, yang diberikan secara sosial-budaya, yang lain bermuatan politik, sedangkan lainnya kelihatan tidak dikonsepkan dengan baik, sehingga diucapkan hanya sekedar bunyi bagus.

    Nah, yang harus kita sadari ialah akibat daripada nama-nama ini terhadap jatidiri, gambar diri dan harga diri orang-orang Melanesia yang hidup di pulau New Guinea bagian barat ini. Pertanyaannya:

    Apa akibat dan berapa jauh daya rusak dari masing-masing nama dan julukan yang diberikan kepada pulau New Guinea bagian barat ini?

    Pernahkan orang Papua menyadari bahwa identitas dirinya yang diberikan berdasar “self-identification” maupun “differentiation” yang dilakukan oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain, dengan maksud merendahkan, membela diri, menanggapi, menegasikan, dan sebagainya?

    Bagaimana caranya orang Papua dapat:

    • memperbaiki gambar diri? atau
    • menggantikan gambar diri? atau
    • membuat gambar dirinya sendiri dari nol?

    Semoga!

    Can I make a professional website like Yahoo on the WordPress?

    Yes you can.

    WordPress can be your base or pilot to begin .

    But soon to scale the website you will be making lot of changes in the codes .

    WordPress will not be able to support you .

    You may need to scale up the wordpress , or create new custom framework for scalability .

    but it’s good place to start.

    Also Yahoo , is not mere website , it has search engines, mail servers. new brodcasting/feeds , CMS, lot of high traffic puling solutions.

    Source HERE

     ‡ WordPress theme, WordPress.com, Yahoo!, Yahoo.com, YUI Length: [143] words., and modified on: November 10th, 2023.

    Pengalaman dalam Resolusi Setiap Menyambut Tahun Baru

    Pembuka

    Istilah tahun baru mulai saya dengar pada saat saya ada di Sekola Pendidikan Pertama (SMP) di Sentani pada tahun 1981, yaitu 31 Desember 1980 menjelang 1 Januari 1981.

    Kami dikirim dari kampung untuk menempuh pendidikan setelah menamatkan Sekolah Dasar di kampung. Sebagai orang pedalaman, di Wamena waktu itu SMP hanya ada di Tiom, Bokondini dan Wamena, dan ketiga tempat inipun jauh dari kampung saya.

    Ditambah lagi, untuk menuju ke ketiga tempat ini membutuhkan banyak persiapan seperti rumah/ asrama, biaya makan, seragam, pengenalan tempat, dan sebagainya. Sementara misionaris telah mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan ini di Sentani. Oleh karena itu kami dikirim ke Sentani.

    Pengalaman Resolusi Tahun Baru

    Pada waktu di Asrama, masih di SMP kelas satu, kami diajak oleh Kepala Asrama, untuk duduk, dan membaca Firman Allah. Begitu tepat jam 12:00 pagi hari, kami selalu menutup tahun dengan doa-doa.

    Hal yang sangat melekat dalam ingatan saya ialah pengakuan dosa-dosa yang selalu terjadi pada akhir tahun. Pada saat di asrama, kami sering dikunjungi para tokoh gereja, gembala-gembala dan juga para mahasiswa yang kuliah di Sekolah Teologia di Jawa, datang dalam rangka pulang ke tempat asal kami. Saat mereka kebetulan ada di Sentani, maka satu-satunya tempat mereka menghabiskan waktu-waktu adalah di Asrama kami.

    Dengan kedatangan mereka, selalu ada ibadah, lagu-lagu baru diajarkan dan juga dilakukan berbagai macam teknik dalam ritual menutup tahun lama dan membuka lembaran hidup dalam tahun baru.

    Saya masih ingat, sesekal kami duduk dalam kelompok-kelompok kecil, dan kami mengaku hal-hal yang kami anggap sebagai salah dan dosa yang kami lakukan di tahun berjalan. Sesekali, kami tidak mengaku terbuka, tetapi disuruh menulis di kertas secara sembunyi-sembunyi.

    Hasil dari pengakuan-pengakuan itu, ada yang dibuang ke dalam api yang menyala-nyala, dengan doa-doa pelepasan, kamipun melemparkan kertas-kertas pengakuan ke dalam api. Di lain waktu kami kumpulkan dan hamba Tuhan mendoakan catatan-catatan dimaksud, kemudian hamba Tuhan membakarnya. Di waktu yang lain bukan dibakar, tetapi dibuang ke dalam kali, atau ke dalam laut atau danau. Ada juga pernah kami menggali tanah dan menguburkannya di dalam tanah, lalu kami menanam kepala atau pohon di halaman belakang rumah.

    Pada tahun 2021 lalu, kami tidak melakukan semuanya ini. Saya katakan kepada sanak-keluarga yang ada, bahwa kami tidak usah mengingat dan menceritakan dosa atau salah. Kami mendoakan Tuhan mengampuni kami semua tanpa menyebutkan satu per satu, karena dengan menyebut-nyebut mereka, memori kita mengingat kembali, sepertinya kita menyegarkan ingatan kita dan itu tidak membantu kita dalam melupakan apa yang telah terjadi di masa yang telah lewat.

    Memasuki tahun 2022 ini yang kami lakukan ialah memegant tangan satu per satu sambil berdiri dan mengeluarkan pernyataan-pertanyaan yang disebut sebagai resolusi atau deklarasi untuk tahun 2022 ini. Deklarasi atau resolusi dimaksud diucapkan oleh yang bersangkutan, dan disusul secara bersama dengan suara keras oleh semua yang bergandengan-tangan dan berdiri bersama.

    Dasar pemikirannya ialah bahwa kita tidah perlu lagi membahas dan menceritakan apa yang salah di masa lalu. Akan tetapi kita perlu mengucapkan dalam kata-kata apa yang kita inginkan agar terjadi atau kami lakukan atau Tuhan tolong untuk terjadi di tahun 2022.

    Saya berkesempatan pertama untuk mengatakan. Dan saya katakan sebagai berikut
    1. Saya berdoa, kiranya pada tahun 2022 ini, saya akan berpuasa dua hari dalam seminggu;

    2. Tujuan saya berdoa dan berpuasa ialah agar United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) mendapatkan status anggota penuh dalam ULMWP tahun 2022 ini.

    Setelah itu, sanak-keluarga lain-pun menyusul mengucapkan apa yang mereka ingin capai di tahun 2022 ini.

    Penutup

    Apapun resolusi kita, bagaimanapun caranya kita lakukan, itu tidaklah penting.

    Tanggal baru atau tahun baru atau tahun lama, juga tidak terlalu penting. Toh tahun dan tanggal faktanya tidak pernah menua dan tidak pernah pergi dan tahun baru tidak pernah datang. Kalender hanyalah ciptaan manusia, musim dan waktu-lah yang diciptakan Allah.

    Oleh karena itu, apapun yang terjadi tidaklah menjadi masalah.

    Yang terpenting ialah kita “mengucapkan” dengan suara apa yang kita inginkan, dalam sikap doa kepada Allah, dikuatkan terus-menerus, karena dunia ini diciptakan ketika Allah berfirman. Tanpa Allah berfirman, segala-sesuatu belum terjadi. Hanya saat keluar Firman-Nya, maka semuanya telah terjadi.

    Setiap saat, bukan dalam tahun baru saja, mari kita ucapkan kata-kata yang baik yang positif, yang memajukan, yang membangun, yang membawa kemenangan, sehingga kita hidup dari kemenangan kepada kemenangan, dan hidup kita memulikan Allah.

    Semoga Andapun telah membuat resolusi untuk tahun 2022 ini. Kalau belum, saya persilakan Anda membuatnya. Karena segala-seautau akan tercipta dalam kehidupan, ti tahun 2022 ini saat kita berfirman. Kita sebagai anak-anak Allah memiliki kuasa untuk mengkleim kemenangan, berkat, keberhasilan, kebahagiaan, kekayaan, keberuntungan, dan hal-hal yang baik menimpa diri kita.

     

    Salam Damai Natal buat org Indonesia! Yesus memberkati kita semua!

    Hai bangsa Indonesia, Terimalah:

    “Salam Damai Natal buat org Indonesia! Dari Medan Perjuangan Papua Merdeka! Yesus memberkati kita semua!”

    Intro

    Ini bukan karena kehebatan saya! Bukan bukti kerohanian saya! Bukan juga karena saya menyesali melawan NKRI! Apalagi menyerah kepada pendudukan, kebiadaban dan kejahatan NKRI atas tanah Papua dan bangsa Papua. Ini hal yang tidak dapat ditukar-tambah dengan apa-apapun juga.

    Hal ini saya lakukan karena saya diperintahkan oleh Panglima Revolusi Mahatinggi semesta alam sepanjang masa, yang hari kelahiran-Nya diperingati hari ini, 25 Desember 2021.

    Hal ini saya lakukan karena perintah adalah perintah! Dia satu arah! Dari atas ke bawah! dan Tidak boleh saya bantah dengan alasan apapun!

    Salam Damai buat NKRI dan Orang Indonesia

    Saya berdoa, dari lubuk hati yang paling dalam, agar NKRI dan orang Indonesia mengalami kedamaian sejati dan abadi.

    Saya berdoa, agar semua orang Indonesia, dari Sabang sampai Amboina, semuanya, tanpa terkecuali, menjadi orang-orang yang percaya kepada Yesus. Saya berdoa, agar Indonesia menjadi Negara Mayoritas Kristen terbesar di dunia di waktu Khairos Allah nanti.

    SAya berdoa, dalam nama Yesus, Raja Damai, bahwa jalan untuk menuju Indonesia merdeka di dalam Yesus Kristus, menjadi Negara Kristen terbesar di luar Eropa dan Amerika ialah dengan cara memberikan kemerdekaan kepada bangsa Papua, Negara West Papua secara rela dan gentlemen.

    1. Dalam nama Yesus saya mengampuni semua orang Indonesia yang memanggil bangsa dan rasku “Monyet”, “Kera”, “Anjing”, “Babi”, “Primitif”, “kolot”, dan sebagainya, yang jelas-jelas merendahkan martabat saya sebagai makhluk ciptaan Allah menurut gambar dan rupa-Nya sendiri;
    2. Dalam nama Yesus saya mengampuni semua orang Indonesia yang pernah memaki-maki ayahku yang adalah seorang gembala sebagai, “Gembala babi kau!”, “Gembala apa-apa kambing kau!”, “Gembala babi liar kau!”, yang saya sendiri dengarkan waktu itu, tahun 1979, di tempat kelahiran saya sendiri.
    3. Dalam nama Yesus, saya mengampuni semua orang Indonesia yang secara langsung dan secara tidak langsung telah membunuh sanak-keluarga sedarah-dagingku, yang membunuh kaum, suku dan bangsaku, yang saat ini sedang beroperasi di Ndugama, Intan Jaya, Timika, Yahukimo, Pegunungan Bintang dan tempat-tempat lainnya di seluruh West Papua dan Papua New Guinea;
    4. Dalam nama Yesus, saya mengampuni Jenderal TNI Andika Perkasa, Panglima TNI hari ini, di mana tanganmu berlumuran darah Orang Asli Papua, terutama Alm. Dortheys Hiyo Eluay, Ondofolo Sereh, Suku Sentani, Port Numbay.
    5. Dalam nama Yesus saya ampuni semua pembunuh orang Papua, di desa-desa, di kota-kota, baik ibu dan anak atau lelaki dan perempuan, baik yang ketahuan maupun yang tersembunyi, terutama pembunuhan hamba-hamba Tuhan dan bayi-bayi yang tidak tahu-menahu tentang Papua Merdeka.
    6. Dalam nama Yesus saya mengampuni orang Indonesia karena kalian telah menganggap West Papua adalah tanah Melayu, orang Papua adalah keturunan Melayu dan maka adalah orang Indonesia.
    7. Dalam nama Yesus saya mengampuni Ali Murtopo, yang tahun 1961-3 mengatakan kepada orang tua saya bahwa ia hanya butuh tanah, kalau orang Papua mau bikin negara mintakan Amerika supaya mengirim orang Papua ke planet baru atau mintakan Tuhan ciptakan pulau baru di pasififik. Ya, saya mengampuni-mu, Ali Murtopo.
    8. Dalam nama Yesus saya ampuni semua orang Indonesia, orang Kristen ataupun orang beragama lain, masyarakat biasa maupun pejabat negara, pegawai maupun petani, lelaki dan perempuan, kecil-besar, kaya-miskin, semuanya. Biarlah sekalian orang Indonesia sadar dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat!

    Doa pengampunan yang saya sampaikan ini bukan karena saya menjadi orang baik! Bukan juga agar supaya orang Indonesia dan NKRI tetap tinggal di Indonesia. Tidak dengan alasan agar orang Indonesia meneruskan pendudukannya dan kejahatannya atas tanah dan bangsa Papua. Sama seklai tidak1

    Malahan sebaliknya…..

    NKRI dan Orang Indonesia Angkat Kaki dari Surga Kecil yang Jatuh ke Bumi

    Saya mengampuni kalian semua orang Indonesia dan negara kalian NKRI bukan supaya kalian tetap tinggal di Tanah Papua, menjajah bangsa Papua, meneror, mengintimidasi, menyiksa, memenjarakan, mengejar, bahkan membunuh orang pemilik Tanah Papua, surga kecil yang jatuh ke Bumi.

    Bukan! Tidak! Sama sekali itu bukan!

    Tujuan saya ialah saya melakukan perintah Allah supaya saya sebagai orang Kristen harus saya ampuni.

    Tujuan saya ialah menyambut Raja Damai yang lahir hari ini dengan menghadirkan kedamaian dalam diriku sendiri!

    Tujuan saya karena saya mau ke sorga! Untuk itu saya harus menaati perintah Tuhan Yesus saya, yang kelahiran-Nya dirayakan hari ini, yang telah lahir dan akan datang kembali memerintah semesta alam sepanjang masa sebagai Raja Damai.

    Kalau orang Indoneia mau diberkati!

    Kalau NKRI mau diberkati!

    maka saya mau terus-terang, jalan satu-satunya ialah “Meninggalkan Tanah Papua” dan “mengakui kemerdekaan bangsa Papua”, karena sumber berkat bagi NKRI dan orang Indonesia berada dalam West Papua yang merdeka dan berdaulat di luar NKRI, bukan West Papua yang ada di dalam pendudukan dan penjajahan NKRI.

    Alasannya jelas:

    1. Bangsa Papua dan bangsa Indonesia diciptakan Allah berbeda;
    2. Tanah Papua dan tanah Melayu diciptakan berbeda, tidak menyatu dan tidak sama;
    3. NKRI dan oramng Indonesia telah lama memperlakukan dan merusak gambar Allah, yaitu manusia Papua secara terus-menerus dan hal ini telah menyakiti hati Allah;
    4. NKRI dan orang Indonesia akan tersalurkan berkat-berkat rohani dan jasmani melalui West Papua

    Penutup:

    Salam Natal ialah Salam Damai!
    Mari kita berdamai dengan diri sendiri kita!
    Mari kita berdamai dengan sanak-keluarga kita!
    Mari kita berdamai dengan tetangga dan kerabat kita!
    Mari kita berdamai dengan kaum dan bangsa kita!

    Bahkan

    Mari kita berdamain dengan kaum dan bangsa lain!
    Mari kita berdamai dengan mereka yang selama ini memusuhi, merendahkan, memaki, menyiksa, membunuh kita!

    Itulah makna Raja Damai telah lahir di kandang yang hina!

    Selain dari kita kita sedang bersandiwara! Tuhan tidak senang dengan sandiwara kit!

    Siapa yang bertelinga, hendaklah ia mendengar!

    Siapa yang bernurani, hendaklah ia bertindak bijaksanak!

    Siapa yang bernalar, hendaklah ia berpikir rasional, bahwa apa yang terjadi selama ini adalah salah, dan harus diperbaiki sendiri saat ini, sebelum orang lain datang memaksa kita untuk memperbaikinya!

    Terpujilah nama YHWH! Glory! Glory! Glory! Halellujah! Halellujah! Halellujah! Amin! Amin! Amin!

     

    3 Alasan Saya Percaya Papua telah Merdeka

    Ada tiga alasan saya percaya Papua telah merdeka.

    1. Alasan UUDS

    Alasan yang pertama ialah karena Wet Papua telah memiliki Undang-Undang Dasar (UUD) yang saat ini disebut Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS), dan dijalankan untuk sementara waktu oleh Ketua United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) yang bertindak sebagai Presiden Sementara/ Interim President.

    Siapapun di dunia ini, kalau mau membuat negara, maka pasti memiliki UUD. Perjuangan bangsa Papua selama ini tanpa memajukan dan mempraktekkan UUD yang jelas adalah kelemahan terbesar dan bisa dikatakan kesalahan fatal para pejuang kemerdekaan West Papua.

    Siapapun tahu persis, di mana-pun berlaku demikian, bahwa sebuah negara-bangsa modern harus didirikan di atas Undang-Undang. Tidak ada negara-bangsa modern tanpa UUD. West Papua telah berhasil memiliki UUDS.

    Dan yang lebih penting daripada sekedar memiliki UUDS ialah bahwa Undang-Undang dimaksud mendapatkan legitimasi dari rakyat Papua dan ditetapkan menurut prosedur demokrai dan hukum yang formal. Dalam hal ini UUDS kini ditetapkan dalam Sidang Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa (KTT-LB) ULMWP di Port Numbay pada 28 November 2020. Penetapan UUDS disahkan oleh Tiga Fraksi Pendiri ULMWP, yaitu Fraksi PNWP (Parlemen Nasional West Papua), Fraksi WPNCL (West Papua National Coalition for West Papua) dan Fraksi NFRPB (Negara Federal Republik Papua Barat).

    2. Alasan Pemerintah Yang Eksis

    Alasan yang kedua karena UUDS yang dimaksud di atas, yang dijalankan oleh ULMWP sebagai Provisional Government ini memiliki kepemimpinan yang jelas dan kepemimpinan yang up-to date, memiliki profile dari sisi para pejabat dan kegiatan dan organisasi yang modern dan profesional.

    West Papua telah memiliki sejumlah Konstitusi dengan sejumlah nama negara. Akan tetapi sejauh ini hanya satu saja pemerintahan yang ada, yaitu Negara Federal Republik Papua Barat (NFRPB). NRFPB memiliki UUD, kabinet dan pemerintahan yang masih berjalan sampai dengan hari ini. Selain daripada itu, tidak ada satupun pemerintah yang nampak dan berkampanye secara aktiv dan nyata untuk Papua Merdeka.

    Kita kenal Konstitusi 1 Juli 1971 (Prai – Roemkorem), tetapi tidak banyak orang mengetahui konstitusi dimaksud dan para pejabat pemerintahannya telah tidak berjalan dan tidak ada pejabat-nya yang tampil sebagai pemimpinnya.

    Kita juga mengenal Proklamasi 14 Desember 1988 akan tetapi tidak ada wujud nyata di lapangan hasil dari proklamasi dimaksud. Masih banyak dipertanyakan apakah NFRPB adalah wujud penjelmaan terakhir dari Negara Melanesia Barat yang diproklamirkan Dr. Thom Wapai Wainggai atau tidak.

    Proklamasi 27 November di Brussel of Michael Kareth juga tidak nampak sampai baru-baru saja bermunculan di Youtube dan facebook.com mengkleim diri sebagai pemerintah saha Negara Republik West Papua New Guinea.

    Dibandingkan semuanya, ULMWP adalah penjelmaan dari dua aliran besar perjuangan Papua Merdeka, yaitu antara kelompok Bintang-14 dan Kelompok Bintang-1, yang bersatu dalam ULMWP, membentuk organisasi dan kini membentuk pemerintahan.

    3. Alasan Dukungan Regional

    Alasan ketiga, ternyata terbukti terbalik, isu dan gosip yang disebarkan NKRI dan antek-anteknya di dalam ULMWP sendiri bahwa proklamasi UUDS dan pembentukan pemerintahan sementara akan membuat dukungan dari negara-negara di Melanesia akan ditarik dan dengan demikian akan mengalami kemunduran kampanye Papua Merdeka.

    Ternyata apa?

    Buktinya Vanuatu yang pertama-tama mengucapkan selamat dan sukses. Perdana Menteri Bob sendiri yang mengirimkan Surat Selamat kepada Presiden Sementara West Papua.

    Buktinya negara-negara Melanesia semua yang bersatu dalam Pacific Island Forum (PIF) mendorong Komisi HAM PBB untuk mengunjungi West Papua. Buktinya negara-negara Melanesia mengaku banggsa atas kemajuan yang telah dilakukan ULMWP.

    Pejabat Melanesia di berbagai forum internasional telah memperkenalkan pemerintah West Papua kepada mereka dan sekarang pemerintah West Papua telah disambut dengan panggilan-panggilan resmi sebagai pemimpin Negara West Papua.

    Pertanyaan: Kapan NKRI Mengakui ?

    Jawabnya sederhanya. NKRI adalah pihak yang menjajah West Papua, oleh karena itu NKRI tidak akan pernah mengakui kemerdekaan West Papua, tidak akan pernah mengakui eksistensi UUDS dan pemerintah West Papua.

    Jadi bagi orang Papua yang mencari muka dan mengharapkan solusi West Papua dari NKRI ialah sama dengan mengharapkan lucifer tiba-tiba berubah menjadi Mikail, siang tiba-tiba diharapkan menjadi malam, terang tiba-tiba diharapkan menjadi gelap.

    Teori Evolusi dan Evolusi Pemikiran Manusia OAP Sampai di Tingkatan Mana?

    Catatan Lepas

    Manusia yang mulanya hanya berbahasa secara terbatas, malahan bukan berbahasa tetapi sekadar mengeluarkan bunyi pertanda bahaya, gembira, mencari, dan sebagainya. Mulanya ia belum berpikir dengan nalar apalagi rasio. Lalu lama-kelamaan, manusia mengalami evolusi biologis, dan kemudian menghasilkan pemikiran-pemikirannya seperti seorang anak kecil berusaha memahami tanda-tanda dan lambang yang disampaikan atau memberikan reaksi terhadap lingkungannya dengan tersenyum, tertawa, kaget, atau menangis. Ia mulai memahami pesanpesan alam semesta dan pesan-pesan sesama manusia tetapi tidak dapat mengatakan dan menjelaskan pesan-pesan dimaksud dalam bahasa manusia seperti masa kini. Ia menjelaskannya, tetapi hanya sebatas tanda-tanda atau kode-kode, sebatas bunyi dan suara, bukan kata-kata atau kalimat.

    Pada akhirnya, manusia tiba kepada pembentukan bahasa dan penalaran, sama seperti perkembangan bahasa seorang bayi menjadi anak kecil, remaja, pemuda, dan akhirnya dewasa.12 Saat manusia mulai berbahasa, ia mengembangkan mengkomunikasikan pemikiran dan perasaan dan sejalan dengan evolusi pemikiran itu bahasa manusia mengalami evolusi pula, sejalan dengan perkembangan pemikiran manusia.

    Setelah terjadi evolusi biologi mencapai tingkat kematangan, maka manusia mulai mengajarkan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini diatur oleh makhluk lain, yang mahakuasa. Pandangan seperti ini muncul dari penglihatan nenek moyang tentang masa es (“Ice Age”). Berbagai kegiatan gempa tektonik dan letusan Bumi secara besar-besaran dilihat sebagai sesuatu yang terjadi karena dan oleh oknum di luar pemahaman dan kekuasaan manusia. Mereka sebut ia pencipta di balik sana yang mahadahsyat, atau makhluk ilahi yang mahakuasa. Jadi, sebelum fenomena di luar logika manusia waktu itu, mereka tidak tahu kalau ada pihak lain di luar dari makhluk manusia dan sesama makhluk lainnya yang ada di Bumi. Mereka menyadari betapa guncangnya Bumi ini dan betapa dahsyatnya guncangan dan perubahan itu sehingga mereka berkesimpulan pasti ada pihak lain di luar, di atas, yang lebih dahsyat dan lebih berkuasa daripada manusia. (Catatan Lepas ini saya dapatkan dari seorang sahahat, saya tidak tahu ini bagian dari sebuah paper, artikel atau buku)

    Ini tiga paragraph dari buku yang saya temukan hari ini, kebetulan saya berkesempatan dikirimkan email untuk memberikan komentar saya. Saya sudah meminta dan mendapatkan izin untuk mem-post tiga paragraph ini di blog ini.

    Kata-Kata Powes Parkop di Port Moresby: Pemikiran OAP Masih Sangat Dasar

    Teman saya sempat membaca catatan lepas dari mana sumbernya saya lupa, tetapi masih ingat intisari pembicaraan antara seorang West Papua dengan  Powes Parkop, Gubernur National Capital District (NCD) atau DKI Port Moresby di Papua New Guinea. Pembicaraan tentang pembangunan manusia Papua disinggung dalam diskusi dan Powes secara lantang menyatakan seperti ini, (kalimat diucapkan menurut yang dipahami)

    Pemikiran OAP belum tiba ke tingkat yang kompleks, belum tiba ke abtraksi-abtraksi yang kompleks. OAP masih berpikiran sangat sederhana, sangat dasar. OAP tidak berpikir tentang tahun depan, jangankan 5 tahun depan. Maish sangat berorientasi ke kegiatan fisik, jadi mari kita rencanakan kegiatan-kegiatan yang berbasis kepada kegiatan fisik.

    Parkopi kemudian melanjutkan bahwa konsep pembangunan yang berbasis sosial-kemasyarakatan telah gagal total di Papua New Guinea, dan oleh karena itu harus dipikirkan pembangunan yang berbasiskan individualisme.

    Renungan Saya

    Saya baca catatan lepas di atas berulang-ulang, dan berulang-ulang lagi, sampai sebentar pun saya akan baca ulang. Sambil membaca saya juga membandingkan dengan cara saya berpikir, cara saya memahami, dan cara saya mencerta apa yang saya baca, kemudian saya mencoba menonton tindak-lanjut dalam pemikiran saya dari bacaan dimaksud.

    Saya juga berusaha melawan alasan dan rasionalisasi yang dilakukan oleh Powes Parkop terhadap diri saya sendiri. Memang apa yang dikatakan Parkop ini secara otomatis mendapat reaksi cepat untuk melawan dan membantah, tanpa saya berpikir, dia muncul sendiri, mulai dari irama saya membaca, raut muka saya juga berubah. Saya membaca ulang, tetapi reaksi tetap sama, ada perlawanan yang terjadi.

    Itu pertanda bahwa saya tidak setuju dengan apa yang dikatakan Parkop. Pertanyaannya, “Apakah yang sedang terjadi?” Apakah yang dikatakan Parkopi itu realitas kondisi saya?

    Kesimpulan Saya sebagai pertanyaan

    Dari dua catatan di atas saya mau mengusulkan dua kesimpulan sementara kepada semua OAP di manapun Anda berada

    1. Apakah evolusi OAP belum sempurna, belum bisa berpikir yang konseptual, masih reaksional, emosional, dan seasonal? Itukah sebabnya OAP selalu berfikir, berkata dan bersikap “emosional”, karena hilang akal maka emosi yang mendominasi?
    2. Apa yang OAP harus lakukan untuk menunjukkan diri sebagai  manusia yang sudah ber-evolusi penuh, sama dengan manusia lain di mana-mana di dunia?

    Untuk Orang Melanesia, Apalagi New Guinea, jangan Terlalu Banyak Bicara yang Konseptual

    Percakapan ini terjadi belum lama ini. Ada seorang pejabat negara Papua New Guinea bertemu dengan saya dalam rangka merintis bisnis antara Provinsi Papua dan Papua Barat dan Papua New Guinea, sesuai dengan gagasan Free Melanesia Trade Agreement yang sudah dalam proses penyelesaian.

    Bicara banyak tentang konsep ekonomi, saya katakan kepadanya, Konsep Bisnis Melanesia ialah Kapitalis Sosial atau Kapitalisme Sosialis, sama seperti Sosialisme China yang berbentuk Kapitalisme Negarea tetapi dalam kasus Melanesia kapitalisme itu dalam basis sosial.

    Kami panjang lebar membahasnya.

    Tetapi dia bilang begini,

    1. Jangan terlalu banyak bicara tentang sistem sosial Melanesia
    2. Sistem sosial Melnaesia sudah rusak
    3. Yang terpentiing ialah individualisme di dalma sosial, oleh karena itu, titik berangkat pemikiran kita harus mulai dari “I”, yaitu saya, bukan kita, bukan kami, bukan saya dengan Anda.
    4. Oleh karena “Saya” melayani saya, maka saya akan sukses.
    5. Banyak proyek sosial di New Guinea sudah gagal total

    Alasan dia seperti ini

    1. Orang New Guinea, atau Melanesia itu pada umumnya emosional, sangat psikomotorik,
    2. Orang Melanesia punya otak untuk berpikir belum berkembang begitu baik, masih lebih fisik
    3. Oleh karena itu jangan terlalu banyak sajikan mereka teori-teori dan tulisan-tulisan, nanti malah mereka berbalik marah.
    4. Sajikan saja kepada mereka main bole, lari-lari, jalan-jalan dan menari-menari, dan banyak cerita mob/ lucu-lucu. Kalau bicara konsep yang abstrak mereka tidak akan tertarik.

    Dia pada prinsipnya bilang kognitif orang New Guinea tidak ada, artinya otak tidak main. Mereka atau kami lebih suka berkelahi dan main-main lawak daripada bicara yang sebenarnya, berpikir serius. Karena itu jagnan tulis-tulis banyak karena orang New Guinea akan terusik dengan itu, bukannya bersyukur.

    Heeeee, he, he

    Orang ini bicara tentang Anda dan saya.

    • Apakah Anda setuju?
    • Apakah Anda menolak pendapatnya?
    • Apa alasan Anda menerima atau menolaknya?

    Ayo mari berpendapat, kalau tidak orang ini bisa saya bilang benar-benar betul.

    “YIKWANAK.com itu rasional, konseptual dan detached”

     ‡ efektif, kognitif, psikomotorik Length: [331] words.

    Hello world! This is my World

    Welcome to Yikwanak.com Sites. This is the first post at Yikwanak Kole Blog, and I hope to see many  things coming from this particular blog in order to help all of us become more advanced not only in modernisation process but particularly in rooting back to our own roots and ancestors.

    I believe in modern building construction theory that simply says, “the more you dig into the ground, the more you can build up over the ground” If I apply this principles in our personal development, then I clearly see how important it is for each of us to be rooted into our self in order to grow bigger and higher, wider and deeper.

    I have two roots as far as I can tell and I know well. The first one is my ancestral root, related to my clan and my tribe, my land and my society. This is the primary and  most important one. Then the secondary and complementary one is my root into myself, how deep I contemplate, mediate, learn and apply what I learn in my life.

     

    Copyright © 218-2024 - Twenty Fourteen - 2014 AutoGrids 06.