Tag Archives: Alkitab

Does hiding a truth constitute lying?

PENJELASAN AWAL

Saudara-saudara keluarga besar Yikwanak.com di manapun Anda berada. Ada pelajaran penting yang saya dapat hari ini tanggal 6 November 2018. Pada hari ini saya sedang membuat teman-teman WordPress untuk kepentingan pribadi.

Tema-tema yang saya kembangkan punya beberapa tambahan yang saya mau lakukan, yang sering saya dapati di Internet, khususnya di situs stackoverflow.com, akan tetapi kali ini agak sulit saya dapatkan.

Saya sedang cari script .php yang bisa membantu saya menampilkan “Popular Posts dari Kategori yang sedang saya lihat”, atau dengan kata lain “Popular Posts in This Category”.  Saya sudah lama punya satu script, tetapi begitu WordPress diupgrade, maka sudah tidak dapat saya gunakan lagi.

Tema yang sedang saya kembangkan saya sebut “Twodder Hybrid“, silahkan simak penjelasan saya tentang tema ini di link ini.

Sesampai di stackoverflow.com, saya tidak mendapatkan jawaban persis seperti yang saya inginkan. Maka saya cari link lain di sisi kanan atas, juga tidak ada, maka saya cari topik di bagian bawah, yang sebenarnya bukan bagian dari JS atau CSS atau WordPress juga tidak terkait. Tetapi di situ ada topik-topik umum yang sreing ditanyakan. Dan kagetnya, judul ini “Does hiding a truth constitute lying?” adalah yang pertama terdaftar dalam bilik ini.

Saya jadi tertarik, lupakan sebentar script untuk tema WordPress karena tema yang ada ini lebih penting buat hidup saya hari ini dan hidup saya setelah saya ada di alam baka.

PERTANYAAN

Tulisan itu berlanjut di bawah, maaf saya coba terjemahkan untuk mempermudah pembacaan saya juga:

I am expected to tell the truth if asked. But sometimes I hide the truth. For example once , although I have diabetes, I ate sweet in a shop and then I withdrew money from atm. My wife called me and asked me what am I doing outside ? I said I am withdrawing money from ATM. I deliberately did not tell her that I primarily came out to eat sweets.

If a person hides a truth for his profit then does it constitute lying ? <https://philosophy.stackexchange.com/questions/56836/does-hiding-a-truth-constitute-lying>

Artinya: Saya diharapkan menjawab yang benar saat ditanya. Tetapi kadangkala saya sembunyikan yang sebenarnya. Misalnya, sekali waktu, walaupun saya terkena penyakit diabetes, saya sampaikan makan gula-gula di satu toko dan kemudian saya tarik uang dari atm. Isteri saya panggil saya dan tanya saya sedang apa di luar sana? Saya sedang tarik uang dari ATM. Saya dengan sengaja tidak beritahu dia bahwa tujuan utama saya keluar kemari adalah untuk makan gula-gula.

Bila seseorang menyembunyikan kebenaran untuk keuntungannya sendiri, apakah ini sudah termasuk dosa?

TANGGAPAN

  • This is usually called lying by ommission – Cedric Martens 5 hours ago
  • I am expected to tell the truth if asked. Expected by whom? Yourself? If so, then you must always be true to yourself. By your wife? If she’s as vital to you as you are to yourself, then you must be true to her as well. This may mean that you will have to stop eating things that harm your health 😉 – Bread 4 hours ago
  • Deliberately choosing to misunderstand a question so your answer is more favorable to yourself is unethical, yes, whether or not it is technically lying. – ESR 1 hour ago

Tanggapan ini mengatakan sebagai berikut

  • Ini biasanya disebut menipu dengan menghilangkan. – Cedric Martens 5 hours ago
  • Saya diharapkan beritahu yang benar kalau ditanya. Diharapkan oleh siapa? Olehmu sendiri? Kalau begitu, anda seharusnya berbuat benar kepada diri sendiri. Oleh isteri anda? Jika dia (isterimu) sama penting dengan anda menganggap dirimu sendiri, maka anda seharusnya berbicara benar kepadanya juga. Ini bisa berarti bahwa anda harus berhenti makan gula-gula yang akibatnya merusak kesehatanmu sendiri.
  • Dengan sengaja memilih untuk salah paham atas sebuah pertanyaan sehingga jawaban anda lebih condong kepada dirimu sendiri itu tidak etis, benar demikian, entah apakah secara teknis anda sedang menipu.

JAWABAN www.yikwanak.com:

Jawaban Yikwanak.com Kole ialah bahwa jelas ini tipu, pertama menipu diri sendiri, dan kedua menipu sesama, dalam hal ini menipu isteri. Secara awam kita sebut dosa putih dan dosa hitam, dosa kecil dan dosa besar, dosa untuk kebaikan, dan dosa untuk kepentingan bersama. Semuanya tipu.

Menurut Yiwakanak.com Kole, ini penipuan paling parah, karena sang suami berani menipu dirinya sendiri, dia terkena penyakit tetapi dia menipu isterinya untuk makan gula-gula. Saya harap saya tidak begitu, dan saya mengundang semua YIkwanak.com di luar sana tidak menipu diri sendiri, sama seperti orang ini.

Kami juga mengundang Anda, ya benar, Anda yang membaca tulisan ini, “Berhenti Menipu Diri Sendiri!” karena dengan demikian semua penipuan di muka Bumi akan lenyap.

Ingat, “Iblis adalah bapa segala pendusa!”:

 Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta (Alkitab Perjanjian Baru,Injil Yonanes 6:44)

 

Gideon Kristian: Tiga Macam Waktu Tuhan

Renungan tentang Konsep Waktu
Renungan tentang Konsep Waktu

Penulis : Gideon Kristian

Dalam membicarakan waktu Tuhan, kita bertemu dengan tiga istilah dalam Alkitab (bah. Aslinya)

1. Waktu Kronos

Yang dimaksud Kronos adalah waktu yang biasa, yang selalu ada. kronos menunjukan jangka waktu tertentu, entah itu waktu yang singkat (sekejap mata, Luk 4:5) Atau waktu yang lama (Luk 8:27; 20:9). Dengan demikian kita mengerti bahwa kata Yunani kronos dipakai berhubungan dengan jam, bulan, dan tahun. Waktu kronos adalah siklus waktu yang biasa.

2. Waktu Aion:

Kata Aion dipakai untuk menunjukan entah waktu yang lama sekali, atau waktu yang tanpa batas. Oleh sebab itu waktu aion dipakai tentang waktu ini yang mulai dengan penciptaan dan berakhir denga kedatangan Kristus yang kedua kali; atau juga tentang waktu kekekalan, yaitu waktu tanpa batas. (Matius 12:32 dunia inidan dunia yang akan datang. Yang diterjemahkan dengan kata dunia adalah aion (lih. Ef 1:21)

3. Waktu Kairos :

Kata kairos berbicara tentang periode tertentu. Kalau waktu itu sudah lewat, tidak akan kembali lagi (Roma 5:6) Oleh sebab itu waktu kairos berbicara tentang kesempatan dan momentum yang ada di waktu waktu tertentu.

Galatia 6: 10 Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman – artinya, kalau kesempatan tidak digunakan, maka waktu (kairos) akan hilang.

Kalau kita tidak cermat kita akan kehilangan kesempatan. Sebab itu kita harus memperhatikan waktu pintu terbuka dan waktu pintu tertutup. Alkitab berkata, Apabila Ia (Yesus ) membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka. (wahyu 3:7)

Ada waktunya Tuhan membuka pintu masuk bagi kita dalam sebuah kesempatan. Bila mana kita tidak masuk, pintu akan tertutup. *Pintu itu bisa sebuah kesempatan kesempatan baik yang kita miliki. Yang mungkin Cuma sekali saja. Jadi perhatikan KAIROS yang Tuhan berikan. Jadilah peka, bijaksana, berani mengambil keputusan namun tidak terburuburu. Atau anda akan menyesalinya!

Catatan saya:

Saya sadari bahwa agama pada umumnya adalah warna kehidupan modern, ciri penting dari manusia modern ialah ia “punya agama”. Tanpa agama sering secara langsung dihubungkan dengan “purba”, “adat”, “tidak modern”. Oleh karena itu konsep waktu dalam Alkitab ini mengajarkan pandangan masyarakat modern tentang “waktu”.

Sedangkan masyarakat adat (Madat), secara khsusus Madat Melanesia memiliki konsep waktu tanpa tanggal dan bulan, tanpa jam, menit dan detik. Tanpa tahun dan abad. Madat Melanesia hanya mengenal pagi, siang, sore, dan malam; kemarin, kemarin dulu, besok, dan besok lusa. Tidak mengenal minggu depan, minggu lalu. Apalagi tahun depan atau tahun lalu. Hanya mengenal barusan lalu, dulu sekali, besok-besok, nanti kapan-kapan.

Dibandingkan antara kedua pandangan ini, maka kita manusia Papua secara sepihak perlu memaknai “waktu” di era yang modern ini secara bijaksana. Cara-cara yang saya anjurkan buat diri saya sendiri ialah sebagai berikut:

  1. Pertama, saya usahakan supaya diri saya tidak terkesan dikejar waktu, atau mengejar waktu. Walaupun saya tahu tanggal dan bulan, minggu dan tahun, saya melepaskan diri dari kesan di hati dan tubuh saya, otak dan pikiran saya, kesan saya dikejar waktu atau saya mengejar waktu.
  2. Kedua, saya juga usahakan supaya saya tidak ketinggalan zaman, sehingga orang lain bisa menilai saya manusia purba yang terpaksa ada di zaman ini. Jadi, saya tetap menggunakan waktu modern, tetapi dengan cara memperlakukannya sebagai sahabat yang bersahabat, yang tidak perlu saya kejar, dan juga dia tidak perlu kejar saya. Segala sesuatu saya berikan waktu yang luas, sehingga saya tidak merasa terdesak dan terpaksa. Dengan cara ini memang sangat sulit, terutama dalam berbisnis. Oleh karena itu yang harus berubah ialah mentalitas saya, cara berpikir saya, cara respon saya berikan dari otak, pikiran dan naluri saya, saya harus perlakukan apa yang harus saya lakukan sebagai sebuah pelayanan, sebuah amanat yang harus kutanggung, bagian dari panggilan hidup. Bukan karena kewajiban, bukan karena tugas, tidak karena dipaksa, tetapi karena memang saya mau melakukannya, dan karena saya senang melakukannya. Mental saya dengan sengaja saya setting sehingga pelayanan penjualan dan pembelian yang saya lakukan dalam dunia bisnis tidak terasa seperti “saya harus”, tetapi menjadi “saya beruntung karena mendapatkan tanggungjawab melaksanakan tugas pelayanan ini”. Dalam dunia bisnis disebut “passion”, akan tetapi yang saya maksudkan di sini lebih dari itu. Walaupun bukan “passion”, saya juga membantu pikiran saya untuk selalu “gembira” dan “bersedia” melayani konsumen, karena mereka mereka membutuhkan pelayanan saya, dan terutama karena saya merasa senang melakukannya.

    Dengan kata lain, secara prinsipil saya memberitahukan kepada diri sendiri bahwa waktu ini adalah sebuah “kairos”, bukan “kronos”, yang dipersembahkan oleh Tuhan untuk saya, dalam tubuh dan kondisi hidup ini tunaikan demi kepentingan pengembangan jiwa dan rohani saya secara pribadi. Tidak ada yang diuntungkan dari apa yang saya lakukan ini, selain diri saya sendiri, dalam hidup ini dan terutama setelah saya meninggalkan tubuh dan dunia fisik ini.

  3. Waktu dengan konsep “Ainon” inilah waktu menurut pengalaman hidup manusia Melanesia. Waktu Melanesia tidak mengenal kalender, periode, era. Kita hanya mengenal sebelum lahir, setelah lahir dan sampai di situ. Tidak banyak yang membahas tentang setelah meninggal dunia. Yang orang Melanesia tahu ialah “I was here, I am here, and I will be here forever” (saya ada di sini kemarin, hari ini, besok dan selama-lamanya).

Dalam kaitannya dengan berbagai perayaan, seperti Lebaran, Natalan dan Tahun baru, HUT Kelahiran, HUT Pernikahan, HUT Kematian, dan sebagainya, yang ditentukan oleh waktu-waktu menurut konsep “waktu” masyarakat modern, maka kita sebagai orang Melanesia perlu secara bijak memiliki dan menikmati konsep waktu dan perayaan sebagaimana seharusnya.

Kita harus keluar dari pembatasan modern tentang waktu.

  • Apa artinya hari kelahiran saya?
  • Apa artinya hari kematian saya?
  • Apa artinya hari kelahiran Yesus?
  • Siapa yang menentukan hari-hari ini?
  • Waktu dan tanggal menurut siapa: China, Eropa, Jawa, Indian, Aborigine? Banyak Kalender waktu di dunia, mana yang kita anggap sebagai “waktu” yang tepat untuk kita?

Yang terpenting saya rasa kita tidak termakan oleh “waktu” yang di-setting dengan sengaja sejak era pencerahan dimulai, lewat proyek modernisasi, dengan etika religious yang mengutamakan kerja, kerja dan kerja, yang mengabaikan esensi kehidupan, yang melupakan maksud manusia hadir ke planet Bumi, hidup, dan mati.

Kita harus keluar dari lingkaran setan waktu buatan manusia. Sudah saatnya kita berdialogue langsung dengan Tuhan, Sang Pencipta, Moyang, Dewa, entah siapa yang kita agungkan dan percaya sebagai yang “maha” di atas kita, dan memiliki kerinduan dan doa seperti ini, “Ya…. saya mau memahami dan menjalani hidup saya menurut dan sesuai waktu-waktu …., bukan waktu menurut masyarakat modern, bukan waktu seperti saya pahami yang terbatas ini.”

Saya curiga berat, jawabannya kemungkinan besar “Waktu tidak ada urusan dengan saya! Itu buatan kalian manusia. Jadi, jawabannya keluar dari lingkaran setan waktu buatan manusia, waktu yang dapat dipahami otak yang tidak sanggup memahami apa itu waktu, atau memang waktu itu pernah ada?

Situs Anaknya Perempuan Yikwa